Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Implementasi Prinsip Kebajikan dalam Aktivitas Produksi Islam

Implementasi Prinsip Kebajikan dalam Aktivitas Produksi Islam

Situsekonomi.com - Dalam aktivitas produksi Islam, target hasil tidak hanya diorientasikan pada profit tapi juga benefit. Begitu juga tanggung jawab produksi tidak hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi masyarakat dan Tuhan, seperti meningkatkan intensitas zakat, sedekah, infak atau dana CSR yang diyakini akan mendatangkan keberuntungan bagi usahanya (ADESY, 2016: 266).

Langkah awal untuk mengaitkan nilai syariah dan kegiatan produksi adalah memasukkan prinsip-prinsip moral. Target minimal dalam pemberlakuan etika dalam produksi adalah produsen mengimplementasikan nilai-nilai positif, sehingga kegiatan produksi berjalan pada koridor yang tepat.

Ada dua komponen yang berusaha diraih oleh produsen dalam Islam. Pertama, manfaat barang produksi (fisik dan non fisik). Kedua, keberkahan dari barang yang dihasilkan. Produsen dalam Islam dilarang mengeksploitasi tenaga kerja serta wajib menunaikan hak-hak pekerja (ADESY, 2016: 267).

Dikarenakan adanya syariah yang mengatur masalah tersebut, maka produsen dilarang mengefisienkan biaya produksi dengan cara mengurangi upah kerja. Dengan tidak melakukan hal itu, berarti produsen mengeluarkan upah tenaga kerja yang lebih tinggi.

Keuntungan yang akan diperolehnya tidak semata keuntungan financial tapi timbulnya produktivitas, terjaganya etos, dan loyalitas tenaga kerja. Di samping itu, muncul apresiasi konsumen kepada perusahaan, sehingga citra positif perusahaan dapat dikembangkan. Pada bagian ini akan disajikan model pengimplementasian prinsip kebajikan dalam aktivitas produksi.

Dalam kegiatan produksi, implementasi kebajikan bersifat menyeluruh menyentuh semua elemen dan tingkatan setiap manusia. Seorang manajer dapat menyusun kebijakan strategis dalam meningkatkan kualitas SDM di perusahaannya melalui kegiatan pelatihan, membuka perpustakaan, atau transformasi ilmu pengetahuan sesuai dengan bidangnya (ADESY, 2016: 269).

Top management bisa merumuskan budaya perusahaan (corporate culture) yang manusiawi, bertanggung jawab, atau consumer focus untuk meningkatkan kinerja bawahannya. Semua bernuansa kebajikan, sehingga prinsip kebajikan membuka pintu kerja sama dan koordinasi intensif dan transparan untuk mengatasi permasalahan.

Produsen mewarnai kegiatan produksinya dengan kebajikan, mulai dari pengolahan modal, proses, serta hasil produksi. Kebajikan yang dilakukan memberikan banyak manfaat bagi semua pihak yang terlibat. Dari sisi permodalan, produsen hanya mengelola sumber modal yang halal dan baik, sehingga mendatangkan keuntungan bagi semua pihak yang terlibat, yaitu sohibul mal (hartawan) dan mudharib (kelebihan harta).

Dari sisi proses, penghargaan terhadap kinerja, karyawan, manajemen dan transparan dan rapi, cara mengambil keputusan (problem solving), strategi mengembangkan usaha, cara menyikapi kompetitor, dan eksplorasi sumber daya dilakukan dengan skema efektif dan efisien. Sedangkan dari sisi output dan distribusi kekayaan cenderung memerhatikan kehalalan dan kebaikannya bagi konsumen dan masyarakat umum, sehingga semua pihak merasakan semua manfaat dari keberadaan usahanya (ADESY, 2016: 270).

BACA JUGA:

Implementasi prinsip kebajikan menjadi acuan utama setiap produsen untuk menggagas kondisi kemanusiaan yang semakin berkualitas. Acuan dari prinsip kebajikan inilah yang memunculkan program CSR bagi perusahaan untuk kepedulian sosial.
Rizki Gusnandar
Rizki Gusnandar Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba, setidaknya satu kali lagi - Thomas A. Edison.