Contoh Perhitungan Kriteria Investasi Berdasarkan Net Present Value
Net present value (NPV) adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek feasible atau tidak. Perhitungan NPV merupakan net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital (SOCC) sebagai discount factor.
Secara singkat, formula untuk net present value adalah sebagai berikut:

di mana:
NB = net benefit = benefit - cost
C = biaya investasi + biaya operasi
B̅ = benefit yang telah di-discount
C̅ = cost yang telah di-discount
i = discount factor
n = tahun (waktu)
Apabila hasil perhitungan net present value lebih besar dari nol, maka usaha tersebut dikatakan feasible untuk dilaksanakan. Begitu pula sebaliknya, jika lebih kecil dari nol berarti usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan (Ibrahim, 2009).
Nah, jika hasilnya sama dengan nol, maka proyek tersebut berada dalam keadaan break even point (BEP). Oleh karena itu, untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi dan pemeliharaan, serta perkiraan benefit dari proyek yang direncanakan.
Contoh 1:
Seorang pengusaha berencana membangun sebuah industri yang mengolah hasil-hasil pertanian. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, untuk mendirikan industri ini membutuhkan dana investasi sebesar Rp35 juta yang akan dialokasikan selama dua tahun.
Pada tahun persiapan sebesar Rp20 juta dan tahun pertama sebesar Rp15 juta. Kegiatan pabrik mulai berjalan setelah dua tahun dari pembangunan konstruksi. Jumlah biaya operasi dan pemeliharaan berdasarkan rekapitulasi dari berbagai biaya pada tahun kedua sebesar Rp5 juta per tahun.
Benefit dari kegiatan industri ini adalah jumlah produksi dari pengolahan hasil-hasil pertanian. Kegiatan produksi dimulai pada tahun kedua dengan penghasilan Rp10 juta. Nah, apakah industri tersebut layak untuk dikembangkan bila dilihat dari segi NPV dengan discount factor sebesar 18%?
Tabel 1.1
Persiapan Perhitungan Net Present Value
Tahun | Investasi (Rp.000) |
Biaya Operasi (Rp.000) |
Total Cost (Rp.000) |
Benefit (Rp.000) |
Net Benefit (Rp.000) |
D.F. 18% |
Present Value (Rp.000) |
---|---|---|---|---|---|---|---|
0 | 20.000 | - | 20.000 | - | -20.000 | 1,0000 | -20.000 |
1 | 15.000 | - | 15.000 | - | -15.000 | 0,8475 | -12.713 |
2 | - | 5.000 | 5.000 | 10.000 | 5.000 | 0,7182 | 3.591 |
3 | - | 6.000 | 6.000 | 12.000 | 6.000 | 0,6086 | 3.652 |
4 | - | 6.000 | 6.000 | 14.000 | 8.000 | 0,5158 | 4.126 |
5 | - | 7.000 | 7.000 | 17.000 | 10.000 | 0,4371 | 4.371 |
6 | - | 7.000 | 7.000 | 21.000 | 14.000 | 0,3704 | 5.186 |
7 | - | 8.000 | 8.000 | 25.000 | 17.000 | 0,3139 | 5.336 |
8 | - | 9.000 | 9.000 | 30.000 | 21.000 | 0,2660 | 5.586 |
9 | - | 10.000 | 10.000 | 36.000 | 26.000 | 0,2255 | 5.863 |
10 | - | 11.000 | 11.000 | 43.000 | 32.000 | 0,1911 | 6.115 |
NPV | 11.115,73 |

Hasil perhitungan menunjukkan NPV > 0. Ini berarti gagasan usaha tersebut layak untuk diusahakan. Apabila NPV < 0 berarti tidak layak untuk dikerjakan, sedangkan NPV = 0 berarti berada dalam keadaan break even point.
Demikian pula dengan menggunakan Formula 1.2, hasilnya juga sama dengan hasil perhitungan di atas. Namun, hanya saja dalam perhitungan tersebut cost maupun benefit langsung dikalikan dengan discount factor, sebagaimana yang terlihat dalam contoh tabel berikut:
Tabel 1.2
Persiapan Perhitungan Net Present Value
Tahun | Investasi (Rp.000) |
Biaya Operasi (Rp.000) |
Total Cost (Rp.000) |
Benefit (Rp.000) |
Net Benefit (Rp.000) |
D.F. 18% |
- B (Rp.000) |
- C (Rp.000) |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
0 | 20.000 | - | 20.000 | - | -20.000 | 1,0000 | - | 20.000 |
1 | 15.000 | - | 15.000 | - | -15.000 | 0,8475 | - | 12.713 |
2 | - | 5.000 | 5.000 | 10.000 | 5.000 | 0,7182 | 7.182 | 3.591 |
3 | - | 6.000 | 6.000 | 12.000 | 6.000 | 0,6086 | 7.304 | 3.652 |
4 | - | 6.000 | 6.000 | 14.000 | 8.000 | 0,5158 | 7.221 | 3.095 |
5 | - | 7.000 | 7.000 | 17.000 | 10.000 | 0,4371 | 7.431 | 3.060 |
6 | - | 7.000 | 7.000 | 21.000 | 14.000 | 0,3704 | 7.779 | 2.593 |
7 | - | 8.000 | 8.000 | 25.000 | 17.000 | 0,3139 | 7.848 | 2.511 |
8 | - | 9.000 | 9.000 | 30.000 | 21.000 | 0,2660 | 7.980 | 2.394 |
9 | - | 10.000 | 10.000 | 36.000 | 26.000 | 0,2255 | 8.118 | 2.255 |
10 | - | 11.000 | 11.000 | 43.000 | 32.000 | 0,1911 | 8.217 | 2.102 |
NPV | 69.080 | 57.966 |

Hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan kriteria investasi adalah perkiraan cash in flows dan cash out flows. Perkiraan benefit harus benar-benar dipertimbangkan dengan menggunakan berbagai variabel agar kesalahan dalam membuat proyeksi dapat diminimumkan.
Contoh 2:
Setelah beberapa tahun, pimpinan perusahaan terpaksa mengganti mesin lama dengan mesin baru karena mesin lama tidak ekonomis lagi. Untuk mengganti mesin lama dengan mesin baru membutuhkan dana investasi sebesar Rp75 juta.
Mesin baru ini mempunyai umur ekonomis selama lima tahun dengan salvage value berdasarkan pengalaman pada akhir tahun kelima sebesar Rp15 juta. Oleh karena itu, cash in flows setiap tahun diperkirakan sebesar Rp20 juta dengan biaya modal sebesar 18% per tahun.
Berdasarkan hal tersebut, apakah penggantian mesin ini layak dilakukan jika dilihat dari present value dan NPV? Untuk melihat feasible atau tidak, kasus ini dapat diselesaikan dengan menggunakan formula sebagai berikut:

di mana:
PV = present value
CF = cash flow
n = periode waktu tahun ke n
m = periode waktu
r = tingkat bunga
Sv = salvage value

Artinya, harga mesin lebih tinggi daripada NPV sebagaimana dalam perhitungan berikut:
NPV = PV - OO = Rp69.100.059 - Rp75.000.000 = -Rp5.899.941
di mana: OO = Original Outlays
Demikianlah pembahasan tentang contoh perhitungan kriteria investasi berdasarkan net present value. Perhitungan net present value tidak hanya bermanfaat untuk menganalisis untung rugi, tetapi juga sangat membantu Anda dalam menyusun perencanaan keuangan perusahaan ke depannya.