Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

3 Teori Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek

Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek

Dalam jangka pendek, kurva penawaran agregat miring ke atas sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar di atas. Artinya, dalam periode satu atau dua tahun, naiknya tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian cenderung menaikkan jumlah penawaran barang dan jasa (Mankiw, 2006).

Sebaliknya, penurunan tingkat harga cenderung mengurangi jumlah penawaran atas barang dan jasa. Lantas, apa penyebab hubungan yang positif antara tingkat harga dan output ini? Ada tiga teori yang menjelaskan mengapa kurva penawaran agregat jangka pendek miring ke atas.

Masing-masing teori mengatakan bahwa ketidaksempurnaan pasar yang spesifik menyebabkan sisi penawaran dari perekonomian berbeda. Meskipun rincian teorinya berbeda, tapi intinya sama. Berikut ini adalah rincian dari ketiga teori tersebut:

1. Teori Kekakuan Upah

Penjelasan yang paling sederhana mengenai kurva penawaran agregat jangka pendek yang miring ke atas adalah teori kekakuan upah. Menurut teori ini, kurva penawaran agregat jangka pendek miring ke atas karena dalam jangka pendek upah nominal sulit berubah, atau "kaku."

Lambatnya perubahan upah nominal dikaitkan dengan kontrak jangka panjang antara pekerja dan perusahaan yang mengatur upah nominal. Selain itu, perubahan yang lambat tersebut mungkin juga terkait dengan norma-norma sosial.

Untuk melihat hubungannya, Anda bisa bayangkan suatu perusahaan telah menciptakan kesepakatan dengan para pekerjanya guna membayar upah nominal dalam jumlah tertentu. Jika tingkat harga jatuh di bawah tingkat harga yang diharapkan dan upah nominal tetap, maka upah riil naik.

Upah merupakan komponen besar dari keseluruhan biaya produksi, sehingga upah riil yang lebih tinggi tentu saja akan meningkatkan biaya riil perusahaan. Perusahaan menanggapi masalah kenaikan biaya ini dengan mengurangi jumlah pekerja dan menurunkan jumlah barang dan jasa yang mereka produksi.

Dengan kata lain, upah tidak dapat menyesuaikan diri dengan cepat terhadap tingkat harga. Jadi, penurunan tingkat harga membuat jumlah pekerja dan produksi menurun, sehingga perusahaan mengurangi jumlah penawaran barang dan jasa.

2. Teori Kekakuan Harga

Pendekatan lain terhadap kurva penawaran agregat jangka pendek disebut dengan teori kekakuan harga. Sebelumnya, teori kekakuan upah menekankan bahwa upah nominal lambat menyesuaikan dirinya dari waktu ke waktu.

Sementara teori kekakuan harga menekankan bahwa harga berbagai barang dan jasa juga lambat menyesuaikan dirinya untuk menanggapi perubahan kondisi ekonomi. Hal ini terjadi karena adanya biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk menyesuaikan harga yang disebut "biaya menu".

Biaya menu meliputi biaya pencetakan, distribusi katalog, dan waktu yang dibutuhkan untuk mengganti label harga. Oleh karena itu, harga-harga bersifat kaku dalam jangka pendek. Misalkan setiap perusahaan mengumumkan harga-harganya berdasarkan kondisi ekonomi.

Setelah harga diumumkan, jumlah uang yang beredar tiba-tiba menyusut, sehingga tingkat harga keseluruhan dalam jangka panjang menurun. Bagi perusahaan yang tetap mengenakan harga yang tinggi, maka penjualan mereka akan menurun.

Menurunnya penjualan menyebabkan perusahaan yang bersangkutan harus mengurangi produksi dan jumlah pekerjanya. Dengan kata lain, harga yang terlalu tinggi akan menurunkan penjualan dan mendorong perusahaan tersebut untuk mengurangi jumlah barang dan jasa yang ditawarkannya.

3. Teori Kesalahan Persepsi

Pendekatan ke tiga terhadap kurva penawaran agregat jangka pendek adalah teori kesalahan persepsi. Teori ini menyatakan bahwa perubahan tingkat harga secara keseluruhan terkadang dapat menyesatkan produsen terkait dengan apa yang terjadi di pasar.

Ketika produsen menanggapi perubahan tingkat harga, hal ini menyebabkan kurva penawaran agregat miring ke atas. Untuk memahami mekanismenya, bayangkan tingkat harga keseluruhan tiba-tiba turun di bawah tingkat yang diharapkan.

Ketika produsen mengetahui harga produk menurun, mereka mungkin mengira bahwa harga relatif produk juga turun. Contohnya, petani gandum mungkin menganggap penurunan harga gandum sebagai kemerosotan harga relatif produknya, tanpa memperhatikan penurunan harga barang yang dibeli.

Mereka mungkin segera menyimpulkan bahwa imbalan dari produksi gandum menjadi rendah dan mereka menanggapinya dengan mengurangi produksi. Demikian pula para pekerja, mereka memperhatikan turunnya upah nominal sebelum turunnya harga barang yang dibeli.

Mereka mungkin menyimpulkan bahwa imbalan yang diterima dari bekerja menjadi lebih rendah untuk sementara dan menanggapinya dengan mengurangi jumlah penawaran tenaga kerja. Pada kedua kasus tersebut, penurunan tingkat harga menyebabkan kesalahan persepsi perihal harga relatif.

Kemudian, kesalahan persepsi mempengaruhi produsen untuk menanggapi penurunan tingkat harga dengan menurunkan jumlah penawaran barang dan jasanya. Nah, itulah ulasan tentang 3 teori kurva penawaran agregat jangka pendek.
Rizki Gusnandar
Rizki Gusnandar Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba, setidaknya satu kali lagi - Thomas A. Edison.