Mengapa Kurva Permintaan Agregat Miring ke Bawah?
Artinya, jika hal lain tetap sama, maka penurunan tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian cenderung meningkatkan jumlah barang dan jasa yang diminta. Lantas, mengapa kurva permintaan agregat miring ke bawah?
Sebelumnya, Anda perlu ingat bahwa PDB merupakan jumlah dari konsumsi, investasi, belanja pemerintah, dan ekspor neto atau Y = C + I + G + NX. Masing-masing dari keempat komponen tersebut memberikan kontribusi bagi permintaan agregat atas barang dan jasa.
Sebelumnya, Anda perlu ingat bahwa PDB merupakan jumlah dari konsumsi, investasi, belanja pemerintah, dan ekspor neto atau Y = C + I + G + NX. Masing-masing dari keempat komponen tersebut memberikan kontribusi bagi permintaan agregat atas barang dan jasa.
Saat ini, asumsikan saja bahwa belanja pemerintah adalah tetap karena berdasarkan kebijakan. Sedangkan tiga komponen lainnya tergantung pada kondisi-kondisi perekonomian, terutama pada tingkat harga.
Oleh karena itu, untuk memahami mengapa kurva permintaan agregat miring ke bawah harus dikaji lagi bagaimana tingkat harga dapat mempengaruhi jumlah barang dan jasa yang diminta untuk konsumsi, investasi, dan ekspor neto (Mankiw, 2006).
Dari sisi efek kekayaan, Anda bisa mengamati sebuah permisalan, di mana nilai nominal uang yang ada di dalam dompet dan rekening bank Anda adalah tetap. Sejatinya, nilai riil yang Anda miliki tersebut tidak tetap.
Seandainya harga-harga turun, uang tersebut menjadi lebih bernilai karena dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa dalam jumlah yang lebih banyak. Jadi, penurunan tingkat harga membuat konsumen merasa lebih kaya, sehingga mereka terdorong untuk lebih banyak membelanjakan uangnya.
Dari sisi efek kekayaan, Anda bisa mengamati sebuah permisalan, di mana nilai nominal uang yang ada di dalam dompet dan rekening bank Anda adalah tetap. Sejatinya, nilai riil yang Anda miliki tersebut tidak tetap.
Seandainya harga-harga turun, uang tersebut menjadi lebih bernilai karena dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa dalam jumlah yang lebih banyak. Jadi, penurunan tingkat harga membuat konsumen merasa lebih kaya, sehingga mereka terdorong untuk lebih banyak membelanjakan uangnya.
Dengan kata lain, meningkatnya jumlah pengeluaran konsumen berarti meningkat pula peningkatan jumlah barang dan jasa yang diminta. Sejauh ini, Anda telah memahami bahwa tingkat harga merupakan salah satu penentu jumlah uang yang dibutuhkan.
Semakin rendah tingkat harga, maka semakin sedikit pula jumlah uang yang perlu dipegang oleh rumah tangga guna membeli barang dan jasa yang diinginkan. Ketika tingkat harga turun, kebutuhan akan uang pun berkurang.
Dengan demikian, rumah tangga akan berupaya untuk memanfaatkan kelebihan uangnya dengan cara meminjamkan sebagian darinya. Sebagai contoh, suatu rumah tangga mungkin menggunakan kelebihan uangnya untuk membeli surat berharga yang menawarkan pembayaran dengan suku bunga tertentu.
Kemungkinan lainnya, rumah tangga tersebut juga dapat mendepositokan kelebihan uangnya dalam tabungan yang menghasilkan bunga dan bank menggunakannya untuk memberi lebih banyak pinjaman. Untuk menjadikannya sebagai aset yang menghasilkan bunga, mereka ikut menurunkan suku bunga.
Dengan suku bunga yang lebih rendah akan mendorong perusahaan-perusahaan untuk meminjam guna membangun pabrik baru dan peralatan. Dari sisi lain, rumah tangga akan melakukan investasi dalam bentuk tempat tinggal yang baru.
Jadi, tingkat harga yang lebih rendah akan menurunkan tingkat suku bunga. Kemudian, keinginan untuk membelanjakan barang-barang kebutuhan investasi menjadi terdorong. Secara tidak langsung, hal ini dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang diminta.
Masih dalam pembahasan yang sama, jika pemerintah memberlakukan tingkat harga yang lebih rendah, maka ini mengindikasikan suatu korelasi yang mana nantinya suku bunga akan menurun. Hasilnya, beberapa investor mencari keuntungan lebih dengan cara menanamkan modalnya di luar negeri.
Masih dalam pembahasan yang sama, jika pemerintah memberlakukan tingkat harga yang lebih rendah, maka ini mengindikasikan suatu korelasi yang mana nantinya suku bunga akan menurun. Hasilnya, beberapa investor mencari keuntungan lebih dengan cara menanamkan modalnya di luar negeri.
Ketika suku bunga surat obligasi pemerintah jatuh, badan reksa dana mungkin akan menjual surat berharga tersebut untuk membeli surat obligasi negara lain. Saat reksa dana memindahkan asetnya ke luar negeri, jumlah mata uang rupiah yang beredar di pasar valuta asing meningkat.
Peningkatan jumlah mata uang rupiah yang beredar menyebabkan rupiah terdepresiasi relatif terhadap mata uang lainnya. Akibat depresiasi ini, barang-barang buatan luar negeri menjadi lebih mahal dibandingkan barang-barang dalam negeri.
Perubahan nilai tukar riil meningkatkan ekspor barang dan jasa serta menurunkan impor barang dan jasa. Dengan demikan, jatuhnya tingkat harga menyebabkan jatuhnya suku bunga, terdepresiasinya nilai tukar riil yang mendorong ekspor neto, serta meningkatnya jumlah permintaan barang dan jasa.