Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Definisi Taghrir (Uncertain to Both Parties) dalam Istilah Fiqih Mu'amalah

Taghrir berasal dari kata Bahasa Arab yaitu gharar yang berarti akibat, bencana, bahaya, risiko, dan ketidakpastian. Dalam istilah fiqih mu'amalah, taghrir berarti melakukan sesuatu secara membabibuta tanpa pengetahuan yang mencukupi (Karim, 2018).

Menurut Ibn Taimiyah, gharar terjadi bila seseorang tidak tahu apa yang tersimpan bagi dirinya pada akhir suatu kegiatan jual beli. Dengan kata lain, gharar bisa terjadi karena adanya incomplete information.

Dalam taghrir, incomplete information dialami oleh kedua belah pihak, baik pembeli maupun penjual. Oleh karena itu, kasus taghrir terjadi bila ada unsur ketidakpastian yang melibatkan kedua belah pihak (uncertain to both parties).

Dalam ilmu ekonomi, taghrir lebih dikenal dengan uncertainty (ketidakpastian) atau risiko. Dalam situasi kepastian (certainty), hanya ada satu hasil atau kejadian yang akan muncul dengan probabilitas sebesar satu.

Kepastian: Hasil Tunggal, A (Single Outcome)

Grafis situasi kepastian dapat diamati pada gambar di atas. Sumbu vertikal menyatakan besaran probabilitas, sedangkan sumbu horizontal menyatakan hasil kejadian. Gambar situasi kepastian tersebut memperlihatkan hanya ada satu kejadian yang muncul, yaitu A dengan probabilitas sebesar satu.

Oleh karena itu, kejadian A pasti akan muncul. Adapun dalam situasi ketidakpastian terdapat lebih dari satu hasil atau kejadian yang mungkin akan muncul dengan probabilitas yang berbeda-beda sehingga memiliki distribusi probabilitas.

Ketidakpastian: Hasil Lebih dari Satu, A, B, dan C (Multiple)

Situasi ketidakpastian dapat dilihat pada gambar di atas. Ada tiga hasil yang mungkin akan muncul, yakni A, B, dan C. Tiga hasil tersebut memiliki kemungkinan muncul yang berbeda-beda. Kemungkinan A muncul 0,25, B muncul 0,5, dan C muncul 0,25.

Bila dijumlahkan masing-masing probabilitas tersebut (0,25 + 0,5 + 0,25), maka angka totalnya adalah satu. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai empat bentuk taghrir, yaitu taghrir dalam kuantitas, taghrir dalam kualitas, taghrir dalam harga, dan taghrir menyangkut waktu penyerahan.

1. Taghrir dalam Kuantitas

Contoh taghrir dalam kuantitas adalah sistem ijon. Misalnya, petani sepakat menjual hasil panennya (beras dengan kualitas A) kepada tengkulak dengan harga Rp750.000. Padahal saat kesepakatan dilakukan, sawah si petani belum bisa dipanen.

Jadi, kesepakatan jual beli dilakukan tanpa menyebutkan spesifikasi mengenai berapa kuantitas yang dijua padahal harga sudah ditetapkan. Dengan demikian, terjadilah ketidakpastian terkait kuantitas barang yang ditransaksikan tersebut.

Sebagai contoh, berdasarkan pengalaman historis dan ramalah cuaca dari badan meteorologi dan geofisika (BMG) mengidentifikasi tiga skenario kejadian, yaitu optimis, moderat, dan pesimis. Selengkapnya Anda bisa simak pada tabel di bawah ini:

No Skenario Probabilitas Kuantitas Hasil Panen Harga Jual/Ton Harga Jual Total
1 Optimis: Cuaca bagus, tidak ada hama 0,3 2 ton Rp1.000.000 Rp2.000.000
2 Moderat 0,3 1 ton Rp1.000.000 Rp1.000.000
3 Pesimis: Cuaca buruk terserang hama 0,4 0,5 ton Rp1.000.000 Rp500.000


Bila yang terjadi adalah skenario moderat, tengkulak untung Rp250.000. Bila terjadi skenario optimis, keuntungan tengkulak sebesar Rp1.250.000. Bila terjadi skenario pesimis, tengkulak rugi Rp250.000. Secara grafis, taghrir kuantitas dapat diilustrasikan seperti pada gambar di bawah ini:

Taghrir Kuantitas dalam Ilustrasi Grafik

Grafik (a) adalah fungsi produksi dari tiga kemungkinan yang terjadi. TP1 merupakan fungsi produksi dengan skenario pesimis, TP2 skenario moderat, dan TP3 skenario optimis. Tentunya dari ketiga fungsi ini, baik penjual maupun pembeli, tidak ada yang mengetahuinya.

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya saja pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang-pun dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok...(QS Al-Luqman: 30)

Bila grafik (a) dicerminkan ke dalam fungsi biaya (b), maka dapat menurunkan dan menentukan jumlah produksi untuk ketiga skenario. Pada TP1, output yang dihasilkan yaitu Qx1. Sedangkan TP2, hasil panen adalah Qx2 dan bila skenario optimis menjadi kenyataan, total panen berada pada level Qx3.

Gambar (c) merupakan penurunan lebih lanjut fungsi biaya, di mana fungsi biaya tersebut dijelaskan oleh kurva MC dan ATC. Hakikat kurva MC yang berada di atas kurva ATC adalah fungsi penawaran yang diberikan oleh produsen.

Keseimbangan tercipta pada kurva permintaan dan penawaran karena produsen menghadapi pasar persaingan sempurna. Namun, permasalahan pada taghrir kuantitas di sini adalah transaksi terjadi dengan harga yang sudah pasti untuk dipertukarkan dengan barang yang belum pasti jumlahnya.

Artinya, kurva permintaan sudah jelas, tapi kurva penawaran belum dapat ditentukan pada kurva mana penawaran yang sesungguhnya akan terjadi. Oleh karena itu, pada taghrir kuantitas, keseimbangan yang dicapai adalah keseimbangan yang semu dan tidak pasti.

2. Taghrir dalam Kualitas

Contoh taghrir dalam kualitas adalah menjual anak sapi yang masih dalam kandungan induknya. Penjual sepakat untuk menyerahkan anak sapi tersebut segera setelah anak sapi itu lahir seharga Rp1.000.000.

Tentunya, baik si penjual maupun si pembeli tidak bisa memastikan kondisi fisiknya, apakah akan lahir normal, cacat, atau dalam keadaan mati. Dengan begitu, terjadilah ketidakpastian terkait kualitas barang yang ditransaksikan.

No. Skenario Probabilitas Harga Jual Keuntungan Pembeli
1. Lahir Normal 0,7 Rp1.500.000 Rp500.000
2. Lahir Cacat 0,2 Rp250.000 -Rp750.000
3. Lahir Mati 0,1 Rp0 -Rp1.000.000

Seandainya anak sapi tersebut lahir dalam keadaan normal, si pembeli untung Rp500.000. Bila ternyata anak sapi lahir cacat, maka rugi Rp750.000. Jika lahir mati, maka kerugiannya yaitu Rp1.000.000. Nah, ilustrasi gambar untuk taghrir kualitas dapat Anda lihat di bawah ini:

Taghrir Kualitas dalam Bentuk Grafik

Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa titik ekuilibrium bukanlah hasil perpotongan dari penawaran dan permintaan dengan kualitas yang sama. Artinya, tingkat keseimbangan yang tercipta adalah keseimbangan semu karena mempertemukan permintaan dan penawaran yang berbeda kualitasnya.


3. Taghrir dalam Harga

Contoh taghrir dalam harga terjadi ketika seorang penjual menyatakan siap untuk menjual satu unit panci seharga Rp10.000 bila dibayar tunai atau Rp50.000 bila dibayar dengan kredit selama lima bulan. Kemudian, si pembeli menjawab "setuju".

Dalam hal ini, ketidakpastian muncul karena adanya dua harga dalam satu akad sehingga tidak jelas harga mana yang berlaku, apakah Rp10.000 atau Rp50.000. Jika ada pembeli yang membayar lunas pada bulan ke tiga, maka berapa harga yang berlaku?

Atau ekstremnya yaitu jika satu hari setelah penyerahan barang, maka berapa harga yang berlaku? Walaupun kuantitas dan kualitas barang sudah ditentukan, tapi terdapat ketidakpastian dalam harga barang karena si penjual dan si pembeli tidak menyepakati satu harga dalam satu akad.

Taghrir Harga dalam Ilustrasi Grafik

Penawaran yang memberikan tiga alternatif harga ditanggapi oleh pembeli dengan satu kurva permintaan. Baik pembeli ataupun penjual tidak tahu alternatif mana yang akan berlaku. Gambar di atas menunjukkan bahwa jika dibayar pada t=1, maka harga akan berada pada PXt=1.

Begitu pula jika dibayar pada t=2 atau t=3, maka harga yang berlaku untuk transaksi jual beli ini berbeda-beda. Oleh karena itu, jelaslah bahwa hal ini akan mengaburkan di mana tingkat ekuilibrium tersebut tercipta.

4. Taghrir Menyangkut Waktu Penyerahan

Misalkan, Eko baru saja kehilangan mobil Lamborghini Gallardo-nya dan Eni kebetulan sudah lama ingin memiliki mobil tersebut. Pada akhirnya, Eko dan Eni membuat sebuah kesepakatan. Eko menjual mobilnya yang hilang tersebut kepada Eni seharga Rp500 juta, sementara harga pasarnya Rp5 miliar.

Apabila Eni menyetujui kesepakatan tersebut, maka mobil akan diserahkan segera setelah ditemukan. Transaksi seperti ini tentunya menimbulkan ketidakpastian terkait waktu penyerahan barang karena tidak diketahui keberadaannya.

Hasil Probabilitas Keuntungan Eni
Mobil Ditemukan 0,5 Rp4,5 miliar
Mobil Tidak Ditemukan 0,5 -Rp500 juta

Tabel di atas hanya mengasumsikan dua kemungkinan saja, yakni mobil ditemukan dan mobil tidak ditemukan. Bila mobilnya ditemukan, maka yang untung adalah Eni karena bisa membeli mobil mewah jauh di bawah harga pasar.

Namun, seandainya ternyata mobil tersebut tidak ditemukan, Eni tentu akan mengalami kerugian sebesar Rp500 juta. Di sisi lain, jika Eko berhasil menjual mobilnya yang hilang, maka kerugiannya berkurang dari yang seharusnya Rp5 miliar menjadi Rp4,5 miliar.

Taghrir Waktu Penyerahan dalam Ilustrasi Grafik

Secara grafis, taghrir menyangkut waktu penyerahan juga gagal menerangkan tingkat ekuilibrium yang sesungguhnya terjadi. Perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran tidak memberikan informasi yang jelas berapa harga yang berlaku pada jumlah kuantitas tertentu.

Demikianlah pembahasan tentang definisi taghrir (uncertain to both parties) dalam istilah fiqih mu'amalah. Menurut Frank Knight, ketidakpastian mengacu pada situasi di mana terdapat kemungkinan munculnya hasil yang lebih dari satu, tetapi probabilitasnya tidak diketahui.
Rizki Gusnandar
Rizki Gusnandar Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba, setidaknya satu kali lagi - Thomas A. Edison.