Kebebasan Fed dari Tekanan-tekanan Politik
Situsekonomi.com - Erat kaitannya antara kebijakan moneter dan fiskal sebagai dua kebijakan ekonomi yang harus digunakan untuk menstabilkan perekonomian di suatu negara. Di Amerika Serikat (AS), kebijakan moneter adalah wewenang Fed (bank sentral AS).
Dalam menjalankan wewenangnya tersebut, Fed cenderung terbebas dari tekanan-tekanan politik. Oleh karena itu, seperti yang akan dikemukakan pada artikel berikut ini, di mana pada tahun 1996 Kongres mulai mengajukan rancangan undang-undang yang bertujuan untuk membatasi kebebasan Fed.
Jangan Ganggu Fed!
Martin mengatakan, "Kami dan kebanyakan ekonom lainnya sangat salut pada Fed, khususnya karena cara-cara yang telah ditempuhnya dalam mengelola kebijakan moneter selama beberapa tahun terakhir." Para pejabat Fed telah begitu berhasil menjalankan tanggung jawab mereka dalam menekan laju inflasi, dan telah melakukannya tanpa mengganggu ekspansi ekonomi yang dimulai sejak 1991.
Terlepas dari keberhasilan hebat tersebut, terdapat beberapa tokoh berpengaruh dalam Kongres yang sedang menyusun rancangan undang-undang guna melemahkan kemampuan Fed dalam merumuskan kebijakan moneter yang tegas. UU tersebut nantinya akan memberikan lebih banyak kekuasaan pada kongres dan presiden, sehingga keduanya dapat memengaruhi Fed dalam merumuskan kebijakan moneter. Jika hal ini terjadi, maka risiko inflasi yang tinggi dan gejolak dalam siklus perekonomian akan jatuh lebih besar.
Untuk mencapai kinerja ekonomi nasional yang begitu baik, Fed telah menaikkan suku bunga sampai beberapa kali pada tahun 1994. Keputusan ini terbukti berhasil menghindari tekanan politik yang ingin membuat uang semakin mudah dimiliki.
Akibat dari keputusan yang tegas ini, diperkirakan bahwa laju perekonomian mungkin akan melambat. Jika benar begitu adanya, Anda boleh menunggu para anggota Kongres dan pejabat Gedung Putih memaksa Fed untuk menurunkan kembali suku bunga. Namun, kata Katheleen Feldstein, kita berani bertaruh bahwa -- seandainya perekonomian melambat sekalipun -- tekanan-tekanan yang mendorong laju inflasi tetap ada dan akan mendorong Fed untuk menaikkan kembali suku bunga pada awal tahun depan.
Jika Fed benar-benar meningkatkan suku bunga untuk mencegah naiknya laju inflasi, maka tekanan politik terhadap Fed akan bertambah besar, bahkan akan menjadi populer. Selalu saja terjadi polemik di kalangan masyarakat apabila Fed ingin menaikkan suku bunga karena peminjaman uang akan menjadi semakin mahal, baik bagi kalangan bisnis maupun orang-orang yang harus mencicil pembayaran tempat tinggal mereka.
Peningkatan suku bunga sebenarnya dimaksudkan untuk memperlambat pertumbuhan pembelanjaan, supaya permintaan dalam perekonomian tidak maju terlalu cepat. Tujuan ini juga ditentang oleh publik. Kebijakan yang baik memang tidak selalu diterima di masyarakat, sehingga Fed perlu tetap terlindung dari tekanan-tekanan politik jangka pendek.
Fed merupakan suatu lembaga independen yang melaporkan hasil kerjanya kepada Kongres, namun tidak diperintah oleh siapa pun. Kebijakan moneter dan suku bunga sepenuhnya ditentukan oleh FOMC (Federal Open Market Committee) yang terdiri atas tujuh gubernur Fed dan 12 presiden dari berbagai bank sentral regional. Para presiden bank sentral regional tersebut memberikan hak suaranya secara bergilir, tetapi mereka semua ikut terlibat dalam segala pembahasannya.
Kunci dari kebebasan tindakan-tindakan Fed ada pada cara sistem tersebut memilih pemimpinnya. Walaupun tujuh orang gubernur Fed tersebut semuanya diangkat oleh presiden atas persetujuan senat, masing-masing dari ke 12 presiden bank sentral regional itu dipilih oleh setiap dewan pengelola bank sentral regional, dan tidak ditentukan sama sekali dari Washington (Ibukota AS).
Banyak di antara para presiden bank sentral regional menjabat untuk waktu yang sangat lama. Banyak di antaranya yang merupakan mantan pegawai dalam sistem bank sentral AS yang karirnya terbilang sukses.
Banyak juga yang merupakan ahli ekonomi profesional yang memiliki keahlian khusus dalam ilmu ekonomi keuangan. Namun terlepas dari itu semua, mereka bukanlah sosok politikus, atau sahabat dari kalangan politikus terpilih. Dedikasi mereka sepenuhnya diberikan untuk merumuskan kebijakan moneter yang tegas dan baik, termasuk kinerja ekonomi makro dan pengawasan sistem perbankan.
Isu lainnya yang mengancam kebebasan Fed adalah upaya untuk menghapuskan hak suara para presiden bank sentral regional dalam menentukan kebijakan moneter. Gagasan yang jelas-jelas buruk ini (diajukan secara gamblang oleh Senator Paul Sarbanes, seorang politikus demokrat yang pengaruhnya besar) akan menempatkan semua kekuasaannya pada tujuh orang gubernur Fed yang menjadi anggota FOMC.
Pertanyaannya: Mengapa usulan ini buruk? Karena setiap dua tahun sekali setidaknya satu orang gubernur bank sentral berakhir masa jabatannya. Dengan demikian, seorang presiden yang menjabat selama delapan tahun akan mampu melantik sebagian besar anggota Dewan Gubernur Fed tersebut guna mengambil alih kebijakan moneter.
Adapun usulan lain yang tidak kalah buruknya pernah diajukan pula oleh anggota DPR AS, Henry Gonzalez, politikus utama Partai Demokrat dalam House Banking Committee. Ia mengusulkan agar para presiden bank sentral regional diangkat oleh presiden atas persetujuan Senat.
Kedua pendekatan tersebut mengindikasikan semakin ganasnya politisasi kebijakan Fed. Dalam perekonomian yang pertumbuhannya terlalu cepat, menentang kebijakan suku bunga dan mengambil risiko meningkatnya laju inflasi merupakan suatu godaan. Dalam jangka panjang, hal ini akan berarti gejolak suku bunga yang tidak menentu dalam perekonomian secara keseluruhan.
BACA JUGA:
Ironisnya, upaya untuk membatasi kebebasan Fed adalah untuk menghadapi perkembangan di berbagai negara selain AS. Pengalaman membuktikan bahwa di seluruh dunia, kebebasan bank sentral adalah kunci terciptanya kebijakan moneter yang kukuh dan baik. Benar-benar akan menjadi kesalahan besar jika AS justru bergerak ke arah yang berlawanan.
Sumber: The Boston Globe, 12 November 1996, h. D4.
Dalam menjalankan wewenangnya tersebut, Fed cenderung terbebas dari tekanan-tekanan politik. Oleh karena itu, seperti yang akan dikemukakan pada artikel berikut ini, di mana pada tahun 1996 Kongres mulai mengajukan rancangan undang-undang yang bertujuan untuk membatasi kebebasan Fed.
Jangan Ganggu Fed!
Martin mengatakan, "Kami dan kebanyakan ekonom lainnya sangat salut pada Fed, khususnya karena cara-cara yang telah ditempuhnya dalam mengelola kebijakan moneter selama beberapa tahun terakhir." Para pejabat Fed telah begitu berhasil menjalankan tanggung jawab mereka dalam menekan laju inflasi, dan telah melakukannya tanpa mengganggu ekspansi ekonomi yang dimulai sejak 1991.
Terlepas dari keberhasilan hebat tersebut, terdapat beberapa tokoh berpengaruh dalam Kongres yang sedang menyusun rancangan undang-undang guna melemahkan kemampuan Fed dalam merumuskan kebijakan moneter yang tegas. UU tersebut nantinya akan memberikan lebih banyak kekuasaan pada kongres dan presiden, sehingga keduanya dapat memengaruhi Fed dalam merumuskan kebijakan moneter. Jika hal ini terjadi, maka risiko inflasi yang tinggi dan gejolak dalam siklus perekonomian akan jatuh lebih besar.
Untuk mencapai kinerja ekonomi nasional yang begitu baik, Fed telah menaikkan suku bunga sampai beberapa kali pada tahun 1994. Keputusan ini terbukti berhasil menghindari tekanan politik yang ingin membuat uang semakin mudah dimiliki.
Akibat dari keputusan yang tegas ini, diperkirakan bahwa laju perekonomian mungkin akan melambat. Jika benar begitu adanya, Anda boleh menunggu para anggota Kongres dan pejabat Gedung Putih memaksa Fed untuk menurunkan kembali suku bunga. Namun, kata Katheleen Feldstein, kita berani bertaruh bahwa -- seandainya perekonomian melambat sekalipun -- tekanan-tekanan yang mendorong laju inflasi tetap ada dan akan mendorong Fed untuk menaikkan kembali suku bunga pada awal tahun depan.
Jika Fed benar-benar meningkatkan suku bunga untuk mencegah naiknya laju inflasi, maka tekanan politik terhadap Fed akan bertambah besar, bahkan akan menjadi populer. Selalu saja terjadi polemik di kalangan masyarakat apabila Fed ingin menaikkan suku bunga karena peminjaman uang akan menjadi semakin mahal, baik bagi kalangan bisnis maupun orang-orang yang harus mencicil pembayaran tempat tinggal mereka.
Peningkatan suku bunga sebenarnya dimaksudkan untuk memperlambat pertumbuhan pembelanjaan, supaya permintaan dalam perekonomian tidak maju terlalu cepat. Tujuan ini juga ditentang oleh publik. Kebijakan yang baik memang tidak selalu diterima di masyarakat, sehingga Fed perlu tetap terlindung dari tekanan-tekanan politik jangka pendek.
Fed merupakan suatu lembaga independen yang melaporkan hasil kerjanya kepada Kongres, namun tidak diperintah oleh siapa pun. Kebijakan moneter dan suku bunga sepenuhnya ditentukan oleh FOMC (Federal Open Market Committee) yang terdiri atas tujuh gubernur Fed dan 12 presiden dari berbagai bank sentral regional. Para presiden bank sentral regional tersebut memberikan hak suaranya secara bergilir, tetapi mereka semua ikut terlibat dalam segala pembahasannya.
Kunci dari kebebasan tindakan-tindakan Fed ada pada cara sistem tersebut memilih pemimpinnya. Walaupun tujuh orang gubernur Fed tersebut semuanya diangkat oleh presiden atas persetujuan senat, masing-masing dari ke 12 presiden bank sentral regional itu dipilih oleh setiap dewan pengelola bank sentral regional, dan tidak ditentukan sama sekali dari Washington (Ibukota AS).
Banyak di antara para presiden bank sentral regional menjabat untuk waktu yang sangat lama. Banyak di antaranya yang merupakan mantan pegawai dalam sistem bank sentral AS yang karirnya terbilang sukses.
Banyak juga yang merupakan ahli ekonomi profesional yang memiliki keahlian khusus dalam ilmu ekonomi keuangan. Namun terlepas dari itu semua, mereka bukanlah sosok politikus, atau sahabat dari kalangan politikus terpilih. Dedikasi mereka sepenuhnya diberikan untuk merumuskan kebijakan moneter yang tegas dan baik, termasuk kinerja ekonomi makro dan pengawasan sistem perbankan.
Isu lainnya yang mengancam kebebasan Fed adalah upaya untuk menghapuskan hak suara para presiden bank sentral regional dalam menentukan kebijakan moneter. Gagasan yang jelas-jelas buruk ini (diajukan secara gamblang oleh Senator Paul Sarbanes, seorang politikus demokrat yang pengaruhnya besar) akan menempatkan semua kekuasaannya pada tujuh orang gubernur Fed yang menjadi anggota FOMC.
Pertanyaannya: Mengapa usulan ini buruk? Karena setiap dua tahun sekali setidaknya satu orang gubernur bank sentral berakhir masa jabatannya. Dengan demikian, seorang presiden yang menjabat selama delapan tahun akan mampu melantik sebagian besar anggota Dewan Gubernur Fed tersebut guna mengambil alih kebijakan moneter.
Adapun usulan lain yang tidak kalah buruknya pernah diajukan pula oleh anggota DPR AS, Henry Gonzalez, politikus utama Partai Demokrat dalam House Banking Committee. Ia mengusulkan agar para presiden bank sentral regional diangkat oleh presiden atas persetujuan Senat.
Kedua pendekatan tersebut mengindikasikan semakin ganasnya politisasi kebijakan Fed. Dalam perekonomian yang pertumbuhannya terlalu cepat, menentang kebijakan suku bunga dan mengambil risiko meningkatnya laju inflasi merupakan suatu godaan. Dalam jangka panjang, hal ini akan berarti gejolak suku bunga yang tidak menentu dalam perekonomian secara keseluruhan.
BACA JUGA:
- 3 Hal yang Dapat Mempengaruhi Kinerja Organisasi dan Praktik Manajemen
- Ketidakstabilan Politik dan Pelarian Modal
- Politik Pajak di Negara Belum Maju
Ironisnya, upaya untuk membatasi kebebasan Fed adalah untuk menghadapi perkembangan di berbagai negara selain AS. Pengalaman membuktikan bahwa di seluruh dunia, kebebasan bank sentral adalah kunci terciptanya kebijakan moneter yang kukuh dan baik. Benar-benar akan menjadi kesalahan besar jika AS justru bergerak ke arah yang berlawanan.
Sumber: The Boston Globe, 12 November 1996, h. D4.