Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengembangan Ekonomi dan Bisnis Islam

Pengembangan Ekonomi dan Bisnis Islam

Situsekonomi.com - Pengembangan ekonomi dan bisnis Islam dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya mengamati dan mengkaji sistem ekonomi dan bisnis konvensional yang berkembang dengan mengaitkannya dengan sumber ajaran Islam, yaitu Al-Qur'an dan as-Sunnah. Apabila sistem ekonomi dan bisnis tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam, maka sistem tersebut dapat diakomodasi ke dalam ekonomi dan bisnis Islam. Cara ini lebih mudah dilakukan karena hanya mencari praktik ekonomi dan bisnis di masyarakat yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam, tetapi memiliki kelemahan yang fundamental karena sangat tergantung pada praktik yang sudah ada tanpa ada motivasi untuk merumuskan sendiri (ADESY, 86: 2016).

Cara kedua adalah mengkritisi sistem ekonomi dan bisnis konvensional kemudian mencoba menyempurnakannya dengan sumber ajaran Islam untuk membangun ekonomi dan bisnis Islam. Meskipun cara pengembangan ini lebih maju dari cara pertama karena sudah ada usaha untuk menggali nilai-nilai Islam dan menyempurnakan praktik ekonomi dan bisnis yang berkembang di masyarakat namun demikian masih memiliki kelemahan mendasar, yaitu ketergantungan pada praktik ekonomi dan bisnis di masyarakat. Al-Qur'an dan as-Sunnah belum dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan dan hidup bermasyarakat.

Cara ketiga adalah meyakini bahwa Al-qur'an dan as-Sunnah adalah sumber ilmu pengetahuan. Dengan demikian, Al-Qur'an dan as-Sunnah digali dan diteliti sesuai dengan kepentingan bidang keilmuan untuk menemukan ilmu yang maslahah, termasuk ekonomi dan bisnis Islam (ADESY, 87: 2016).

Ini berarti bahwa Islam memiliki sistem ekonomi dan bisnis tersendiri tanpa harus mengikuti sistem ekonomi dan bisnis konvensional. Permasalahan yang berkemungkinan muncul adalah perbedaan penafsiran atas isi Al-Qur'an dan as-Sunnah di antara setiap penafsir.

Perbedaan ini bisa diakibatkan oleh latar belakang pendidikan, kepentingan, wawasan, lingkungan penafsir, dan lain sebagainya. Hal ini tidak menjadi masalah yang berarti sepanjang dilakukan dengan niat yang tulus untuk mendapatkan ilmu pengetahuan karena setiap penafsir akan mendapatkan keberuntungan.

Semakin banyak orang yang menafsirkannya berarti semakin banyak orang belajar dari Al-Qur'an dan as-Sunnah dan itu berarti semakin banyak ilmu pengetahuan yang berkembang di masyarakat dengan basis Al-Qur'an dan as-Sunnah. Dengan demikian, tidak ada kesiasiaan di dalam menafsirkan atau menggali Al-Qur'an dan as-Sunnah karena semua mendapat keberuntungan.

BACA JUGA:

Berkaitan dengan penafsiran ayat-ayat suci Al-Qur'an dan as-Sunnah, Islam memiliki epistemologi tersendiri yang telah lama dipraktikkan oleh cendekiawan Muslim pada masa lalu. Mengingat ilmu dalam Islam dipengaruhi dimensi spritual, wahyu, intuisi, dan memiliki orientasi teosentris, konsekuensi berikutnya sebagai salah satu ciri ilmu tersebut adalah terkait nilai-nilai di dalam Islam. Nilai-nilai tersebut dapat dikembangkan dari sifat-sifat Allah Subhanahu Wa Ta'ala (asmaul husna) dan nilai-nilai luhur dalam Islam, seperti kejujuran, keikhlasan, dan lain sebagainya.
Rizki Gusnandar
Rizki Gusnandar Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba, setidaknya satu kali lagi - Thomas A. Edison.