Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teori Paritas Daya Beli Arbitrase Internasional

Ketika para ekonom mengimplementasikan teori paritas daya beli guna menjelaskan perubahan nilai tukar, mereka membutuhkan data sekelompok harga barang yang tersedia di berbagai negara. Salah satu analisis dari teori ini dilakukan oleh sebuah majalah berita internasional, yaitu The Economist.

Majalah tersebut secara berkala menampilkan data menyangkut sekelompok barang yang terdiri dari dua iris daging sapi, saus khusus, daun selada, keju, paprika, dan bawang bombay dalam sepasang roti. Barang ini disebut "Big Mac" yang dijual oleh McDonald's di segala penjuru dunia.

Pada tahun 2002, harga Big Mac di Amerika Serikat (AS) dan Jepang sebesar US$2,49 dan ¥262. Berdasarkan mata uang lokal masing-masing, nilai tukar yang diramalkan adalah nilai yang membuat biaya produksi Big Mac di kedua negara tersebut menjadi sama besar.

Untuk mempermudah proses perhitungannya, sebaiknya nilai-nilai tersebut digenapkan yang mana harga Big Mac di AS menjadi U$2 dan di Jepang menjadi ¥200. Dengan demikian, teori paritas daya beli akan meramalkan nilai tukar sebesar ¥100 per dolar.

Lantas, bagaimana paritas daya beli dapat berguna saat diterapkan melalui penggunaan harga-harga Big Mac? Berikut ini adalah contoh dari artikel The Economist yang diterbitkan pada tanggal 25 April 2002, di mana harga Big Mac pada saat itu mencapai US$2,49 di AS:

Teori Paritas Daya Beli

Gambar tersebut menunjukkan bahwa nilai tukar yang diramalkan dan nilai tukar aktual tidak sama persis. Bagaimanapun, arbitrase internasional mengenai Big Mac tidak mudah dilakukan. Namun, kedua nilai tukar tersebut berada di kisaran yang sama (Mankiw, 2006).
Rizki Gusnandar
Rizki Gusnandar Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba, setidaknya satu kali lagi - Thomas A. Edison.