Teori Nilai Guna dan Hipotesisnya
Di dalam teori ekonomi, kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsi barang-barang dinamakan nilai guna atau utiliti. Apabila kepuasan itu semakin tinggi, maka makin tinggi pula nilai gunanya atau utilitinya.
BACA JUGA:
Sebelum membahas tentang nilai guna, kita perlu membedakan terlebih dahulu dua pengertian berikut: nilai guna total dan nilai guna marjinal. Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu. Sementara nilai guna marjinal berarti pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dari pertambahan (atau pengurangan) terhadap satu unit barang tertentu (Sukirno, 1994: 154).
Lebih jelasnya lagi, perbedaan tersebut dapat kita perhatikan pada contoh berikut. Nilai guna total dari mengkonsumsi 5 buah apel meliputi seluruh kepuasan yang diperoleh dari memakan semua apel tersebut. Sedangkan nilai guna marjinal dari apel yang kelima adalah pertambahan kepuasan yang diperoleh dari memakan buah apel yang kelima.
Hipotesis Utama Teori Nilai Guna
Hipotesis utama nilai guna (hukum nilai guna marjinal yang semakin menurun) menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsi suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menambah konsumsinya atas barang tersebut. Pada akhirnya, tambahan nilai guna akan menjadi negatif, sehingga nilai guna total akan menjadi semakin sedikit.
Apakah makna dari hipotesis tersebut? Pada hakekatnya, hipotesis tersebut menerangkan kepada kita bahwa pertambahan yang terus-menerus dalam mengkonsumsi suatu barang secara tidak langsung dapat menambah kepuasan yang dinikmati oleh orang yang mengkonsumsikannya.
Pada permulaannya, setiap tambahan konsumsi akan mempertinggi tingkat kepuasan orang tersebut. Misalnya, apabila seseorang yang baru selesai berolahraga memperoleh segelas air, maka dia memperoleh sejumlah kepuasan darinya, dan jumlah kepuasan itu akan menjadi bertambah tinggi apabila ia dapat meminum segelas air lagi. Pastinya, kepuasan yang lebih tinggi akan diperolehnya lagi apabila diberi kesempatan untuk mendapatkan gelas yang ketiga. Namun, pertambahan kepuasan ini tidak terus berlangsung begitu saja.
BACA JUGA:
Katakanlah pada gelas yang kelima orang yang baru selesai berolahraga itu merasa bahwa yang diminumnya sudah cukup banyak dan sudah memuaskan dahaganya. Kalau ditawarkan gelas yang keenam, tentunya dia akan menolak karena dia merasa lebih puas meminum lima gelas air daripada enam gelas. Dengan demikian, tambahan pada gelas yang keenam membuat nilai guna menjadi negatif, dan nilai guna total dari meminum enam gelas adalah lebih rendah daripada nilai guna yang diperoleh dari meminum lima gelas.