Tantangan Produktivitas Usahatani
Situsekonomi.com - Tantangan dari peningkatan efisiensi produksi sangat berhubungan dengan skala usaha. Sekarang ini, proses hasil produksi hasil pertanian di Aceh masih sangat terbatas (Syechalad, 2009: 91).
Beberapa upaya telah dikerjakan untuk meningkatkan aktivitas perkebunan, antara lain adalah program Perkebunan Inti Rakyat (PIR), Nucleus Estate and Smallholding (NES), pendekatan kerjasama kelompok atas dasar jenis tanaman yang sama dan sistem bapak angkat. Namun, program NES di Aceh lebih diutamakan karena selain dapat meningkatkan pendapatan petani sebagai pekebun kecil juga dapat meningkatkan tenaga kerja, khususnya di sektor pertanian dan termasuk subsektor perkebunan secara keseluruhannya.
Prospek perkebunan NES di Aceh sangat baik untuk dikembangkan karena dapat menyelesaikan masalah tenaga kerja, baik yang ada di kawasan lokal maupun di wilayah-wilayah lainnya, seperti dari Pulau Jawa. Aktivitas perkebunan ini dapat menciptakan unit-unit perkembangan ekonomi secara wilayah, terutama bagi petani kecil yang dapat memproduksi barang-barang seperti getah, kelapa sawit, kopi dan lain-lain sebagainya.
Untuk mencapai objektif strategi pembangunan nasional, maka perlu memperbanyak penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan peningkatan investasi, baik di tingkat nasional ataupun wilayah. Investasi terdiri dari tiga sumber, yaitu; a) pinjaman dari luar negeri, b) tabungan dalam negeri dan c) tabungan masyarakat.
Pembentukan modal yang bersumber dari masyarakat (yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan sektor pertanian dan agroindustri) merupakan suatu tantangan yang amat berat. Sehubungan dengan objektif tersebut, maka pihak pemerintah pada Pelita VI ini -- di mana aktivitas distribusinya yang bersumber dari sektor swasta -- diharapkan lebih berperan aktif lagi dalam pengembangan modal di sektor pertanian tersebut.
Perkembangan pertanian yang menuju pada masa lepas landas, di mana para petani masih tetap berperan aktif dalam aktivitas usahanya. Oleh karena itu, tingkah laku dan pengambilan keputusan petani hendaklah berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang rasional (Syechalad, 2009: 92).
Selama ini, aktivitas petani secara perseorangan dalam produksi barang mempunyai kesulitan untuk dipasarkan. Maka dari itu, pembinaan institusi merupakan salah satu tantangan yang mana institusi tersebut merupakan sebagai aktivitas kelompok petani, seperti institusi kredit pedesaan dan kelompok koperasi. Koperasi tersebut sangat penting bagi petani, terkhusus bagi perkebunan Aceh, karena dapat memberikan bantuan kepada petani dan juga sebagai unit aktivitas ekonomi terhadap barang yang diperlukan oleh pekebun kecil.
Beberapa upaya telah dikerjakan untuk meningkatkan aktivitas perkebunan, antara lain adalah program Perkebunan Inti Rakyat (PIR), Nucleus Estate and Smallholding (NES), pendekatan kerjasama kelompok atas dasar jenis tanaman yang sama dan sistem bapak angkat. Namun, program NES di Aceh lebih diutamakan karena selain dapat meningkatkan pendapatan petani sebagai pekebun kecil juga dapat meningkatkan tenaga kerja, khususnya di sektor pertanian dan termasuk subsektor perkebunan secara keseluruhannya.
Prospek perkebunan NES di Aceh sangat baik untuk dikembangkan karena dapat menyelesaikan masalah tenaga kerja, baik yang ada di kawasan lokal maupun di wilayah-wilayah lainnya, seperti dari Pulau Jawa. Aktivitas perkebunan ini dapat menciptakan unit-unit perkembangan ekonomi secara wilayah, terutama bagi petani kecil yang dapat memproduksi barang-barang seperti getah, kelapa sawit, kopi dan lain-lain sebagainya.
Untuk mencapai objektif strategi pembangunan nasional, maka perlu memperbanyak penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan peningkatan investasi, baik di tingkat nasional ataupun wilayah. Investasi terdiri dari tiga sumber, yaitu; a) pinjaman dari luar negeri, b) tabungan dalam negeri dan c) tabungan masyarakat.
Pembentukan modal yang bersumber dari masyarakat (yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan sektor pertanian dan agroindustri) merupakan suatu tantangan yang amat berat. Sehubungan dengan objektif tersebut, maka pihak pemerintah pada Pelita VI ini -- di mana aktivitas distribusinya yang bersumber dari sektor swasta -- diharapkan lebih berperan aktif lagi dalam pengembangan modal di sektor pertanian tersebut.
Perkembangan pertanian yang menuju pada masa lepas landas, di mana para petani masih tetap berperan aktif dalam aktivitas usahanya. Oleh karena itu, tingkah laku dan pengambilan keputusan petani hendaklah berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang rasional (Syechalad, 2009: 92).
BACA JUGA:
- Perlambatan dan Percepatan Produktivitas
- Sumber-sumber Kenaikan Produktivitas
- Menurunnya Perolehan Keuntungan dan Efek Pengejaran
Selama ini, aktivitas petani secara perseorangan dalam produksi barang mempunyai kesulitan untuk dipasarkan. Maka dari itu, pembinaan institusi merupakan salah satu tantangan yang mana institusi tersebut merupakan sebagai aktivitas kelompok petani, seperti institusi kredit pedesaan dan kelompok koperasi. Koperasi tersebut sangat penting bagi petani, terkhusus bagi perkebunan Aceh, karena dapat memberikan bantuan kepada petani dan juga sebagai unit aktivitas ekonomi terhadap barang yang diperlukan oleh pekebun kecil.