Peranan Etika Bisnis dalam Interaksi Sosial
Situsekonomi.com - Proses bisnis merupakan salah satu wujud interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara para pihak yang bersifat aktif, di mana masing-masing pihak memainkan perannya dan bahkan saling memengaruhi satu dengan yang lain (Sunyoto, 20: 2016).
Interaksi sosial menurut para ahli didefinisikan sebagai suatu keadaan ketika aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi penghargaan atau hukuman, atau dengan kata lain interaksi merupakan pemicu munculnya tindakan balik yang menjadi respons dari pasangan interaksi (Homans, 1950 dalam Lawang, 1990), sebagai sebuah hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan antarindividu, antara individu dengan kelompok, atau antarkelompok (Soekanto, 2000). Dengan kata lain, interaksi sosial merupakan aktivitas timbal balik dari para pihak sebagai respons dari munculnya hubungan antarindividu, individu dengan kelompok maupun antarkelompok.
Adapun faktor yang memengaruhi terjadinya interaksi sosial adalah (Soekanto, 2000):
- Sugesti, merupakan rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain sehingga ia melaksanakan apa yang disugestikan dan mengesampingkan pikiran rasionalnya;
- Imitasi, merupakan tindakan sosial seseorang untuk meniru sikap, perilaku, dan penampilan fisik individu lain;
- Identifikasi, merupakan keinginan menyerupai individu lain yang dianggap sebagai panutan;
- Simpati, yaitu ketertarikan individu karena kebijaksanaan, pola pikir yang dianggap sesuai dengan nilai (value) orang yang bersimpati;
- Empati, merupakan proses ikut serta merasakan sesuatu yang dialami oleh orang lain.
Kelima faktor tersebut memiliki peranan yang cukup kuat dalam pembentukan etika di lingkungan bisnis. Individu yang memiliki etika bisnis yang baik sangat mungkin dipengaruhi oleh proses sugesti yang mungkin diterimanya, atau merupakan reaksi dari proses imitasi atau identifikasi karena merasa bahwa nilai yang dimilikinya mempunyai kesamaan (Putri, 21: 2016).
Jika nilai etika bisnis dipengaruhi oleh kelima faktor tersebut, maka lingkungan bisnis yang beretika akan sangat berpengaruh dalam mendorong pelaku bisnis untuk memiliki etika bisnis yang baik. Sebaliknya, individu yang memiliki nilai etika yang baik dalam aktivitas bisnis, akan memengaruhi orang lain di lingkungan tersebut untuk memiliki etika yang baik.
Sebagai bagian dari bentuk interaksi sosial, tentu saja aktivitas bisnis diharapkan menjadi interaksi sosial yang bersifat asosiatif. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang melahirkan kerja sama dan memunculkan hubungan solidaritas antarindividu atau proses interaksi sosial yang mengarahkan pada kekompakan bahkan terjadinya pembauran (Hasan M. N., 2004). Beberapa bentuk interaksi sosial yang bersifat asosiatif antara lain adalah:
- Kerja sama atau usaha bersama individu atau kelompok bersama individu lain atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama;
- Akomodasi atau penyesuaian diri dari individu atau kelompok terhadap sesuatu hal yang dijumpai dalam interaksi sosial dan melahirkan keseimbangan dan kestabilan sosial;
- Akulturasi atau penerimaan bertahap dan akhirnya membentuk satu kebiasaan bersama dalam pembauran yang terjadi.
Adapun syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan hubungan sosial yang terjadi baik secara fisik (bertemu langsung) maupun nonfisik (lewat media tertentu).
Kontak sosial bisa bersifat positif dan menghasilkan kerja sama, namun juga bisa bersifat negatif dan menghentikan ineteraksi sosial. Sedangkan komunikasi merupakan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik tubuh maupun sikap), dan perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut, di mana satu sama lainnya saling mengerti maksud atau perasaan masing-masing. Kontak sosial dan komunikasi dalam etika bisnis merupakan media pembawa pesan, sehingga nilai yang baik dapat disosialisasikan melalui interaksi sosial yang terjadi di antara sesama pelaku bisnis.
Selain interaksi sosial yang bersifat asosiatif, terkadang interaksi sosial juga bisa bersifat disosiatif. Bentuk interaksi disosiatif ini berupa persaingan, kontravensi, maupun konflik. Ketiga bentuk interaksi sosial yang bersifat disosiatif ini sangat berpotensi memunculkan nilai dan sikap moral yang kurang baik sehingga kontraproduktif dalam membentuk etika, khususnya di lingkungan bisnis.
BACA JUGA:
Lingkungan bisnis kontemporer telah mengalami pergeseran paradigma dari persaingan untuk mencapai tujuan masing-masing menjadi saling bersinergi untuk menggabungkan potensi yang lebih besar dan memperoleh hasil dari tujuan yang lebih besar dan memiliki manfaat yang lebih luas. Oleh karena itu, proses bisnis beretika biasanya lahir dari interaksi sosial yang bersifat asosiatif.