Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tenaga Kerja sebagai Faktor Produksi

Tenaga Kerja sebagai Faktor Produksi

Situsekonomi.com - Salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam proses produksi adalah tenaga kerja atau manusia. Tenaga kerja merupakan input yang tidak saja memiliki komponen fisik namun juga mempunyai daya pikir, dan perasaan. Amat pentingnya kedudukan faktor produksi tenaga kerja sehingga suatu proses produksi tidak dapat berjalan tanpa adanya unsur manusia baik secara langsung maupun tidak langsung (ADESY, 2016: 228).

Suatu wilayah yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah, namun tidak memiliki tenaga kerja yang mampu menggali dan mengolah alam tersebut dengan baik, maka keberadaan sumber daya alam tersebut tidak akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Sebaliknya pada suatu wilayah yang sedikit memiliki sumber daya, namun tenaga kerjanya memiliki skill yang tinggi atau banyak tenaga kerjanya yang memiliki motivasi kerja dan keahlian yang tinggi, maka sumber daya alam yang sedikit tadi dapat diolah secara maksimal dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat wilayah tersebut.

Terkait dengan pentingnya fungsi manusia dalam proses produksi, khususnya dalam mengelola alam maka Al-Qur'an menerangkan tentang prinsip dasar tenaga kerja, yakni firman Allah subhanahu wata'ala, yang artinya: "Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya." (QS An-Najm [53]:39). Berdasarkan bunyi ayat tersebut maka dapat dipahami bahwa manusia wajib mengelola kekayaan alam dengan bekerja keras dan sungguh-sungguh.

Manusia yang bekerja dengan sungguh-sungguh akan mendapatkan imbal hasil sesuai dengan apa yang telah diusahakannya. Sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tentang hal ini: "Allah mencintai orang yang bekerja dan berjuang untuk memenuhi nafkahnya" dan "mencari yang halal adalah kewajiban sesudah kewajiban utama (seperti shalat, berpuasa, dan iman kepada Allah)."

Islam mengajak manusia bekerja secara fisik dan mental. Kisah dalam Al-Qur'an menunjukkan bahwa para Nabi juga bekerja, antara lain Nabi Nuh membuat perahu, Nabi Daud membuat baju perang, Nabi Musa memelihara domba, Nabi Dzulqarnain membangun dinding. Al-Qur'an juga menjelaskan tentang bekerja yang mengandalkan kemampuan intelektual yaitu Nabi Yusuf, beliau bekerja sebagai bendahara negara (ADESY, 2016: 229).

Bekerja dengan mengeluarkan tenaga, baik fisik maupun non fisik, akan menghasilkan pendapatan yang lebih mulia dibandingkan dengan pendapatan yang didapat tanpa mengeluarkan tenaga misalnya pendapatan dari bunga, game of change. Pendapatan dari aktivitas spekulasi tersebut nyata-nyata dilarang oleh agama.

Bekerja adalah aktivitas yang sangat mulia dan terhormat, di mana para nabi juga bekerja keras untuk mencari nafkah. Kisah para nabi dalam bekerja keras mencari penghidupan diterangkan dengan jelas oleh Al-Qur'an, antara lain Nabi Daud yang bekerja sebagai pandai besi, Nabi Musa sebagai penggembala kambing, demikian dengan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam juga sebagai penggembala kambing.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sangat memuliakan orang yang bekerja, apa pun jenis pekerjaannya, asalkan pekerjaan itu benar dan halal, tidak mengandung penipuan dan spekulasi. Nabi telah mencontohkan bagaimana beliau bersama para sahabat menggali parit untuk melindungi kota Madinah dari musuh.

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa mengingatkan pentingnya bekerja dan menghargai orang yang bersedia bekerja, apa pun jenis pekerjaannya. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terkait hal tersebut adalah "Allah mencintai orang yang selalu bekerja dan berusaha (untuk penghidupannya)".

Sesungguhnya siapa pun yang bekerja untuk penghidupannya dan senantiasa mengharap ridha Allah, maka ia termasuk hamba yang dicintai oleh Allah subhanahu wata'ala. Walaupun seseorang bekerja untuk dirinya sendiri dan keluarganya tetapi karena ia bekerja secara jujur demi mendapatkan pahala dari Allah, maka ia akan menerima balasan dari Allah atas kejujuran hidupnya. Dengan kata lain, ia akan mendapatkan nafkah hidupnya dan juga pendidikan dari Allah atas kejujurannya dalam bekerja.

Contoh lain dari kisah para nabi terkait bekerja adalah ibu Nabi Musa yang bekerja sebagai pengasuh, dan mendapatkan gaji dari pekerjaannya itu, walaupun yang diasuh sebenarnya adalah anaknya sendiri. Apabila seseorang bekerja untuk diri dan keluarganya dengan baik, sungguh-sungguh dan jujur, maka dia akan mendapatkan pahala dengan bekerjanya tersebut dan akan senantiasa mendapatkan petunjuk dari Allah subhanahu wata'ala dalam aktivitas bekerjanya (ADESY, 2016: 230).

BACA JUGA:

Para nabi bekerja untuk menghidupi diri dan keluarganya, demikian juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bekerja sebagai gembala kambing, dan beliau senantiasa menganjurkan umatnya untuk bekerja agar dapat menghidupi keluarganya. Pada waktu menghadapi Perang Ahjab, sebagaimana para sahabat lainnya, Rasulullah ikut menggali parit untuk melindungi kota Madinah dari serangan musuh. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Tidak seorang pun yang akan memperoleh kehidupan yang lebih baik daripada orang yang memperoleh penghasilan dengan tangannya (tenaganya) sendiri. Nabi Daud pun memperoleh nafkah dengan tangannya sendiri." (HR Bukhari).
Rizki Gusnandar
Rizki Gusnandar Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba, setidaknya satu kali lagi - Thomas A. Edison.