Yuk, Bandingkan Sistem Pendidikan di Indonesia dengan Finlandia!
Situsekonomi.com - Pendidikan merupakan bagian terpenting bagi setiap orang. Dengan adanya pendidikan, maka setiap orang bisa merencanakan dan menentukan bentuk keterampilan seperti apa dan pengetahuan seperti apa yang akan dikuasainya.
Melalui pendidikan jugalah, setiap orang menjadi lebih mudah untuk mencapai masa depan yang lebih cerah dan dipertemukan dengan pekerjaan yang tepat dengan dirinya. Tidak bisa dipungkiri bahwa di masa depan, kehidupan akan berubah dan tidak bisa terus-menerus bergantung dengan orang tua.
Oleh karena itu, pendidikan yang baik akan membentuk setiap manusia menjadi orang yang berilmu, mampu menentukan sesuatu yang terbaik, menyelesaikan masalah, serta menjadi pribadi yang lebih mandiri. Namun, tidak semua negara memberlakukan sistem pendidikan yang sama. Ada perbedaan sistem pendidikan yang ditetapkan oleh masing-masing negara tersebut.
Masa Anak-anak Adalah Masanya Bermain
Masa anak-anak adalah masa yang tepat bagi mereka untuk memuaskan diri dalam bermain, karena melalui bermain itulah anak-anak akan belajar banyak hal, baik bersosialisasi, berkomunikasi, dan berinteraksi sehingga tanpa disadari sebenarnya mereka sedang bermain dan belajar. Namun, di Indonesia tidak sedikit orang tua yang mengharapkan agar anaknya bisa tumbuh sebagai anak yang cerdas dengan memberinya pelajaran sejak dini.
Misalnya saja disekolahkan di Playgroup maupun Taman Kanak-Kanak. Belum lagi ditambah dengan beberapa pelatihan atau kursus di luar sekolah untuk melatih kemampuan anak. Tetapi hal tersebut justru akan mengurangi waktu bermain anak-anak dan sejak dini mereka juga mulai mengetahui apa itu stres karena serangkaian kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan.
Hal ini tentu saja berbeda dengan apa yang diterapkan dengan di negara lain. Misalnya saja di negara Finlandia yang telah mendapat predikat terbaik dalam sistem pendidikan. Salah satu negara di Eropa ini menetapkan bahwa anak-anak bisa mulai bersekolah di tingkat pendidikan dasar saat umurnya sudah menginjak 7 tahun. Sedangkan sebelum umur 7 tahun, mereka bisa puas untuk bermain dan mengeksplor segala macam yang diinginkan.
Guru Bukan Satu-Satunya Sumber Pengetahuan
Diketahui bahwa selama ini ketika bersekolah banyak yang bertumpu pada guru sebagai sumber pengetahuan yang utama untuk mentransfer ilmu ke setiap murid-muridnya. Sedangkan sumber pengetahuan sebenarnya tidak hanya berasal dari guru saja. Anak-anak bisa mendapatkannya dari membaca buku maupun dari lingkungan sekitarnya. Bahkan, di Indonesia sendiri secara umum menerapkan jam belajar yang padat di sekolah.
Baca Juga: Peranan Penduduk dalam Pembangunan Ekonomi
Masuk sekolah jam 7 pulang bisa sampai jam 14.00 atau sampai sore karena ada les tambahan atau pun ekstrakurikuler. Belum lagi ada orang tua yang ingin menambah jam belajar anaknya dengan mendaftarkan pada bimbingan belajar setelah pulang sekolah atau saat malam hari. Hal tersebut akan membuat anak menjadi kelelahan. Sedangkan esok harinya ia sudah harus kembali ke sekolah.
Berbeda dengan Finlandia, di mana waktu belajar di sekolah yang ditetapkan hanya berlangsung selama 4 sampai 5 jam saja dalam seharinya. Lalu juga diberi istirahat sekitar 15 sampai 30 menit untuk mengistirahatkan otak terlebih dahulu agar bisa fokus kembali. Sementara untuk jenjang SMA, murid hanya datang saat jam pelajaran yang sesuai dengan peminatannya saja, sehingga sisa waktu yang ada bisa digunakan untuk menjalankan aktivitas lainnya di luar sekolah.\
Pembagian Kelas
Hal ini sudah umum ditemukan dalam pendidikan di Indonesia, di mana di suatu sekolah terjadi pembagian kelas antara A, B, C, D, dan seterusnya. Untuk kelas A diisi dengan murid-murid yang pintar, sedangkan kelas di bawahnya diisi dengan murid-murid yang tidak teralu pintar. Hal ini pun akhirnya menciptakan suatu pembatas antara murid yang cerdas dengan yang tidak. Namun, hal ini justru tidak baik untuk psikologis murid-murid.
Baca Juga: Penyerapan Tenaga Kerja
Murid beda kelas tersebut pun akan membentuk sebuah kelompok yang akhirnya membuat mereka menjadi terasa canggung untuk saling bersosialisasi atau berkumpul bersama. Mereka yang merasa tidak cerdas, akan merasa minder jika harus berkumpul dengan murid-murid yang cerdas.
Diketahui bahwa sistem pendidikan yang diterapkan juga berpengaruh pada kualitas dari murid-muridnya. Dan setiap negara memiliki sistem pendidikannya masing-masing yang dirasa efektif untuk diterapkan. Namun, jika ada negara yang berhasil menerapkan sistem pendidikan terbaik dan mampu mencetak generasi yang unggulan, maka tidak ada salahnya menjadi bahan pembelajaran dalam upaya membenahi sistem yang belum bisa berjalan dengan baik.