Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal Lebih Jauh Tiga Jenis Ketenagakerjaan

Mengenal Lebih Jauh Tiga Jenis Ketenagakerjaan

Secara umum, kita hanya mengenal ketenagakerjaan sebatas apa saja yang bersinggungan dengan dunia kerja. Namun, ternyata ada klasifikasi yang memecahnya menjadi tiga jenis ketenagakerjaan. Nah, simak ulasannya lebih lanjut di bawah ini:

1. Tenaga Kerja Terdidik (Skill Labour)

Tenaga kerja terdidik adalah mereka yang pernah menempuh pendidikan formal pada suatu bidang atau fokus ilmu tertentu. Namun, kemampuannya belum “terbukti” secara empiris karena belum memiliki pengalaman kerja.

Singkatnya, mereka hanya baru tahu ilmu mentahnya dan belum matang secara pengalaman atau belum terlatih. Meskipun begitu, jenis ketenagakerjaan yang satu ini kerap menjadi incaran utama para recruiter karyawan, lho!

Alasannya yaitu karena mereka belum berpengalaman atau belum memiliki jam terbang yang tinggi, sehingga harga tawar jasanya lebih kompromistis. Skill labour adalah para fresh graduate yang baru terjun ke dunia kerja.

Ketersediaan tenaga kerja ini jumlahnya cukup banyak karena tiap tahun selalu ada. Dengan begitu, perusahaan akan memiliki lebih banyak opsi saat menyaring calon karyawannya. Tenaga kerja terdidik juga lebih mudah dikontrol karena cenderung saklek mengikuti perintah atasan.

Di samping itu, merekrut tenaga kerja terdidik juga memiliki kekurangan. Dengan minimnya pengalaman, perusahaan harus membuat program pelatihan sebelum calon karyawan siap terjun langsung ke lapangan.


Pengadaan program ini pastinya memerlukan biaya. Inilah pengorbanan perusahaan apabila merekrut para fresh graduate. Lagi pula, programnya pun memakan waktu yang tidak sebentar, bisa jadi berbulan-bulan sampai mereka benar-benar terampil dan siap dipekerjakan.

2. Tenaga Kerja Terlatih (Trained Labour)

Tenaga kerja yang termasuk ke dalam golongan trained labour adalah tenaga kerja yang pernah bekerja sebelumnya. Mereka ini umumnya juga dikenal dengan sebutan tenaga kerja berpengalaman, sehingga kemampuannya tidak perlu diragukan lagi.

Persoalannya, jumlah tenaga kerja ini tidak sebanyak skill labour. Tidak jarang pula untuk mendapatkannya harus meminta rekomendasi dari rekan bisnis yang pernah bekerja sama dengan tenaga kerja tersebut, sehingga proses perekrutannya jauh lebih ketat dan serius.

Setiap perusahaan pasti memerlukan tenaga kerja terlatih. Sosok yang berpengalaman harus selalu ada di bidang pekerjaan apa pun dan masing-masing dari mereka memainkan peran penting, baik itu karyawan perusahaan ataupun atlet sepak bola.

Tenaga kerja terlatih adalah mereka yang akan memandu para fresh graduate dalam mengerjakan setiap tugasnya. Portofolio yang mumpuni dan skill lapangan yang sudah teruji jelas membuat perusahaan tidak perlu pusing-pusing membuat program pelatihan dan semacamnya.

Namun, tetap saja ada harga lebih yang harus dikeluarkan. Tarif jasa tenaga kerja terlatih relatif lebih mahal dan sulit untuk dinegosiasikan. Sebab, mereka sudah tahu kualitas dirinya sendiri sehingga berani mematok tarif untuk jasanya.


Kendala lainnya adalah tenaga kerja terlatih cenderung individualis dalam bekerja. Mereka cenderung seenaknya dengan prinsip “yang penting kerjaan beres”, sehingga kinerjanya kerap mengkhawatirkan karena tidak serajin para fresh graduate.

Selain itu, trained labour juga kerap menghambat produktivitas karena berkali-kali memberi masukan terhadap proyek pekerjaan. Itu memang bagus agar pekerjaan bisa tergarap dengan maksimal. Namun, jika tidak cocok, maka akan menimbulkan perdebatan yang memungkinkan terjadinya konflik internal.

3. Tenaga Kerja Tidak Terlatih (Unskill Labour)

Selanjutnya adalah tenaga kerja tidak terlatih. Golongan ini merupakan golongan yang jumlahnya paling banyak di dunia. Unskill labour umumnya tidak sama sekali atau hanya mengenyam pendidikan formal pada level rendah sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai terlatih atau terdidik.

Mereka yang termasuk golongan ini yaitu para pelajar drop out atau sama sekali tidak pernah sekolah. Oleh karena itu, jenis pekerjaannya cenderung tanpa skill spesifik atau pekerja kasar. Biasanya, mereka bekerja sebagai buruh pabrik dan pekerja tambang.

Jenis ketenagakerjaan ini cukup mudah ditemukan dan gajinya pun relatif murah. Proses seleksinya juga tidak perlu kualifikasi yang terlalu detail. Namun, poin minusnya adalah seringnya mereka keluar-masuk kerja begitu saja sehingga bisa terjadi konflik internal yang dapat menghambat laju produksi.

Demikianlah pembahasan tentang mengenal lebih jauh tiga jenis ketenagakerjaan. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 2 mengungkapkan bahwa tenaga kerja di Indonesia adalah setiap orang yang dapat bekerja untuk menghasilkan barang atau jasa.
Rizki Gusnandar
Rizki Gusnandar Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba, setidaknya satu kali lagi - Thomas A. Edison.