Defisit dan Surplus Anggaran Pemerintah terhadap Pasar Dana Pinjaman
Salah satu topik abadi dalam isu politik adalah anggaran pemerintah. Defisit anggaran berarti pembelanjaan pemerintah melampaui pendapatan pajaknya. Pemerintah menutupi defisit ini dengan peminjaman di pasar obligasi atau disebut dengan utang pemerintah (Mankiw, 2006).
Langkah yang terakhir adalah membandingkan keseimbangan lama dengan yang baru. Saat defisit anggaran mengurangi penawaran dana pinjaman, suku bunga meningkat dari lima menjadi enam persen.
Sementara surplus anggaran adalah pendapatan pajak pemerintah melampaui pembelanjaannya, sehingga dapat digunakan untuk membayar sejumlah utang pemerintah. Jika pembelanjaan pemerintah sama dengan pendapatan pajak, maka pemerintah mempunyai anggaran yang seimbang.
Jika pemerintah awalnya mempunyai anggaran yang seimbang, tetapi kemudian karena adanya pemotongan pajak atau kenaikan pembelanjaan (T < G), maka terjadilah defisit anggaran. Pengaruh defisit anggaran ini dapat dianalisis dengan tiga langkah dalam pasar dana pinjaman, yaitu:
1. Perubahan Keseimbangan Anggaran
Pengaruh Defisit Anggaran Pemerintah
Pergeseran Pada Kurva Penawaran
1. Perubahan Keseimbangan Anggaran
Pertama yang perlu diingat adalah tabungan nasional terdiri atas tabungan swasta dan tabungan publik. Perubahan keseimbangan anggaran pemerintah menggambarkan perubahan tabungan publik yang diikuti dengan jumlah penawaran dana pinjaman.
2. Menggeser Kurva Penawaran Dana Pinjaman
Langkah selanjutnya yaitu ketika pemerintah mengalami defisit anggaran, tabungan publik menjadi bernilai negatif karena pengeluaran lebih besar daripada pendapatannya. Hal ini tentunya menyebabkan tabungan nasional berkurang.
Dengan kata lain, ketika pemerintah meminjam untuk menutupi defisit anggaran, pemerintah mengurangi penawaran dana pinjaman untuk membiayai investasi perusahaan dan rumah tangga. Jadi, defisit anggaran menggeser kurva penawaran dana pinjaman ke kiri dari S1 ke S2.
3. Membandingkan Keseimbangan Lama dengan yang Baru
Langkah yang terakhir adalah membandingkan keseimbangan lama dengan yang baru. Saat defisit anggaran mengurangi penawaran dana pinjaman, suku bunga meningkat dari lima menjadi enam persen.
Suku bunga yang lebih tinggi ini ternyata mengubah perilaku perusahaan dan rumah tangga untuk berpartisipasi dalam pasar pinjaman. Dengan demikian, lebih sedikit keluarga yang membeli rumah baru dan lebih sedikit perusahaan yang membangun pabrik baru.
Penurunan investasi yang terjadi karena pinjaman pemerintah disebut pembatasan paksa (crowding out). Pembatasan paksa inilah yang menyebabkan penawaran dana pinjaman menjadi berkurang dari US$1.200 miliar menjadi US$800 miliar.
Apabila melakukan peminjaman untuk menutupi defisit anggaran, maka pemerintah membatasi secara paksa jumlah peminjam swasta. Jadi, pelajaran paling mendasar mengenai defisit anggaran adalah dampaknya terhadap permintaan dan penawaran dana pinjaman.
Ketika pemerintah mengalami defisit anggaran dengan mengurangi tabungan nasional, suku bunga meningkat sementara investasi menurun. Secara tidak langsung, pemerintah mengurangi tingkat pertumbuhan ekonomi lantaran investasi sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Sedangkan cara kerja surplus anggaran merupakan sebaliknya. Ketika penerimaan pajak (T) lebih besar dari pengeluaran pemerintah (G), maka pemerintah dapat memanfaatkan sisanya untuk melunasi utang. Oleh sebab itu, surplus anggaran dapat meningkatkan tabungan nasional.
Dengan begitu, surplus anggaran bisa disimpulkan bahwa naiknya dana pinjaman akan menurunkan suku bunga sehingga investasi pun meningkat. Investasi yang lebih tinggi tentu dapat meningkatkan akumulasi modal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Dengan begitu, surplus anggaran bisa disimpulkan bahwa naiknya dana pinjaman akan menurunkan suku bunga sehingga investasi pun meningkat. Investasi yang lebih tinggi tentu dapat meningkatkan akumulasi modal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.