Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penyerapan Kapital di Negara Sedang Berkembang

Penyerapan Kapital dan Stabilitas

Setiap masyarakat pastinya mengalami yang namanya batas kemampuan untuk menyerap kapital (capital absorption capacity). Untuk mengetahui apakah sebuah negara dikategorikan sebagai negara yang memiliki kapasitas atau tidak, Baldwin membagikannya menjadi dua sisi pandangan:
  1. Apakah negara tersebut memiliki faktor-faktor produksi komplementer yang berhubungan dengan kapital?
  2. Apakah negara tersebut memiliki kemampuan untuk menghindari inflasi guna mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran internasional?

Jika tidak memenuhi keduanya, maka negara tersebut dapat dikatakan tidak memiliki kapasitas untuk menyerap kapital. Keterbatasan kapasitas untuk menyerap kapital di negara sedang berkembang disebabkan oleh kurangnya teknologi, tenaga ahli, dan mobilitas faktor produksi.

Namun yang paling menentukan apakah negara tersebut mampu untuk menyerap kapital atau tidak adalah kurangnya tenaga ahli atau tenaga yang terampil. Hal tersebut dikemukakan oleh Meier dalam bukunya yang berjudul "Economic Development, Theory, History, and Policy".

Kurangnya jumlah tenaga kerja yang terampil akan mengakibatkan turunnya produktivitas modal marjinal (marginal productivity of capital). Ini bisa terjadi karena investasi yang ada tidak diimbangi oleh ketersediaan tenaga kerja yang terampil (Irawan, 2002).

Keadaan seperti ini sangat sering dialami oleh negara sedang berkembang dibandingkan dengan negara maju. Dengan demikian, Baldwin mencoba untuk mengobservasi bagaimana negara sedang berkembang menyikapi akumulasi kapital.

Ternyata, akumulasi kapital yang ada di negara tersebut melebihi kemampuan penyerapan, sehingga setiap tambahan investasi cenderung menimbulkan inflasi. Sebenarnya, inflasi yang mempunyai laju sedang (1-10 persen per tahun) sangat baik untuk perkembangan.

Namun, realitanya adalah faktor produksi yang ada di negara sedang berkembang belum dapat dipergunakan dengan baik, sehingga inflasinya tidak bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi. Meskipun begitu, tetap saja investasi dengan cara inflasi merupakan pembentukan modal yang salah.

Menurut Meier, inflasi sulit untuk dikendalikan. Keadaan ini persis seperti yang sedang dialami oleh Brasil, Chili, dan Indonesia. Apabila akumulasi kapital bertambah dengan cepat, segera mungkin menaikkan faktor-faktor produksi lain yang berhubungan dengan kapital.

Jika rintangan-rintangan produksi telah diatasi, maka investasi dapat ditentukan berdasarkan kriteria investasi rasional. Pada intinya, untuk mengadakan perkembangan ekonomi harus ada kemampuan dari dalam diri masyarakat agar bisa menyerap pertambahan kapital (Suparmoko, 2002).
Rizki Gusnandar
Rizki Gusnandar Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba, setidaknya satu kali lagi - Thomas A. Edison.