Perkembangan Ekonomi Tidak Bergantung pada Sumber-sumber Alam, Benarkah?
Istilah sumber daya alam (SDA) dan sumber alam (SA) dipakai bergantian dengan maksud yang sama. Sesuatu yang dianggap sebagai SDA apabila memenuhi tiga syarat yaitu sesuatu itu ada, dapat diambil, dan bermanfaat.
Sejak tahun 1930, orang-orang hanya mengetahui bahwa perkembangan ekonomi suatu negara hanya bergantung pada sumber-sumber alam. Namun, ini tidak sepenuhnya benar karena tidak sesuai dengan teori ekonomi dan tidak sejalan dengan kenyataan (Irawan, 2002).
Secara teori, sumber alam tidak cukup untuk memberikan perubahan terhadap ekonomi. Selain itu, langkanya sumber alam juga bukan merupakan hambatan untuk mencapai kemajuan ekonomi. Untuk lebih jelasnya, Anda bisa lihat tabel pendapatan per kapita tujuh negara Asia Tenggara di bawah ini:
Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan SDA. Namun, ini tidak cukup bagi negara seribu pulau tersebut untuk berkompetisi dengan negara tetangga lainnya, seperti Singapura dan Malaysia terkait dengan angka pendapatan per kapita.
Secara teori, sumber alam tidak cukup untuk memberikan perubahan terhadap ekonomi. Selain itu, langkanya sumber alam juga bukan merupakan hambatan untuk mencapai kemajuan ekonomi. Untuk lebih jelasnya, Anda bisa lihat tabel pendapatan per kapita tujuh negara Asia Tenggara di bawah ini:
Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan SDA. Namun, ini tidak cukup bagi negara seribu pulau tersebut untuk berkompetisi dengan negara tetangga lainnya, seperti Singapura dan Malaysia terkait dengan angka pendapatan per kapita.
Sebagaimana yang telah tertera di atas, angka pendapatan per kapita Indonesia hanya sebesar US$ 13.120 pada tahun 2017. Padahal, Singapura yang terkenal dengan minimnya hasil sumber alam malah berhasil meraup jumlah angka yang sangat fantastis, yaitu US$ 93.680 pada tahun yang sama.
Perolehan tersebut merupakan yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Oleh karena itu, tingginya pendapatan per kapita sebuah negara tidak bergantung pada seberapa besar sumber alamnya, tetapi terletak pada tingkat penggunaan sumber-sumber dayanya (Suparmoko, 2002).
Jadi, sebuah negara hanya menuntut penghuninya agar lebih kreatif dan tabah dalam menyesuaikan dirinya dengan alam sekitar. Jika penduduknya berhasil menyesuaikan dirinya dengan alam secara agresif, maka mereka akan menemukan sumber daya yang dapat dieksploitasi.