Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Etika dan Lingkungan Kerja Baru

Situs Ekonomi - Kebanyakan perusahaan terbaik yang ada sekarang menyadari bahwa keberhasilan diukur dalam banyak cara, yang tidak seluruhnya ditampilkan di dalam laporan keuangan. Namun demikian, hubungan antara etika dan tanggung jawab sosial perusahaan dengan kinerja keuangan menjadi perhatian, baik bagi manajer maupun para akademisi manajemen, dan menghasilkan perdebatan yang menarik (Daft, 2006: 231).

Etika dan Lingkungan Kerja Baru

Satu kekhawatiran manajer adalah apakah menjadi warga perusahaan yang baik akan memperburuk kinerja -- dan memang sesungguhnya program etika yang ada membutuhkan biaya. Sejumlah studi telah dilakukan untuk menentukan apakah respons etika dan sosial meningkatkan atau menurunkan kinerja keuangan (Daft, 2006: 232).

Studi telah menunjukkan hasil yang beragam, namun secara umum ditemukan bahwa terdapat hubungan positif yang kecil antara tanggung jawab sosial dan kinerja keuangan. Sebagai contoh, Indeks Sosial Domini, yang diciptakan pada tahun 1989 untuk melacak kinerja saham perusahaan-perusahaan dengan tanggung jawab sosial, menunjukkan bahwa mereka memiliki kinerja yang sama atau lebih baik daripada perusahaan yang tidak memiliki tanggung jawab sosial.

Sebuah studi terbaru oleh Walker Research menemukan bahwa untuk harga dan kualitas yang sama, dua pertiga konsumen mengatakan mereka akan beralih merek untuk berbisnis dengan sebuah perusahaan yang memiliki etika dan tanggung jawab sosial. Meskipun hasil dari studi ini bukanlah bukti yang kuat, tetapi terdapat indikasi bahwa penggunaan sumber daya untuk etika dan tanggung jawab sosial tidak memperburuk keadaan perusahaan.

Perusahaan yang mendapatkan pencerahaan menyadari bahwa integritas dan kepercayaan merupakan elemen yang penting untuk mempertahankan hubungan bisnis yang sukses dan menguntungkan jaringan yang semakin terkait antara karyawan, pelanggan, pemasok, dan mitra. Meskipun melakukan hal yang benar tidaklah selalu menguntungkan dalam jangka pendek, namun di sisi lain dapat menumbuhkan keyakinan bahwa uang bukanlah segalanya dan bahwa pada akhirnya akan memberikan manfaat kepada perusahaan.

Jika kita meninjau dunia perusahaan Internet yang bergerak dengan cepat, terkadang etika mengalami kemunduruan ketika manajer dan karyawan melakukan apa pun untuk melakukan bisnis dengan jumlah waktu yang paling sedikit. Namun demikian, manajer yang cerdas menemukan bahwa integritas yang kuno ini tetap membuahkan hasil.

Para manajer di sebuah perusahaan Silicon Valley yang baru berdiri, CenterBeam Inc., telah menetapkan integritas sebagai prinsip panduan dari budaya perusahaan mereka. Para karyawan secara rutin mengisahkan cerita yang mempertegas pentingnya prinsip "lakukan atau ingkari" (make-or-break) perusahaan dalam memenuhi janjinya. Sebagai contoh, seseorang mempertanyakan seorang karyawan yang memperoleh tawaran pekerjaan hanya sesaat sebelum resume dari seorang kandidat yang luar biasa positif tiba.

Kebanyakan perusahaan yang baru berdiri yang bergerak dengan cepat, tawaran pekerjaan yang disampaikan kepada kandidat pertama biasanya akan dibatalkan, namun CenterBeam telah membuat komitmen dan tetap menjaga komitmen tersebut. Cerita lain dalam situasi serupa dengan seorang pemasok, ketika manajer CenterBeam menghargai janji mereka meskipun menimbulkan kerugian ribuan dolar bagi perusahaan. Kedua keputusan tersebut pada akhirnya menguntungkan perusahaan karena dengan demikian perusahaan membangun rasa percaya di antara karyawan, pemasok, dan mitra, serta para pelanggan (Daft, 2006: 233).

Perubahan tempat kerja telah membawa isu etika yang baru bagi para manajer. Opsi seperti telekomuting, kerja virtual, dan jam kerja fleksibel membuka kesempatan bagi para karyawan untuk menyalahgunakan fleksibilitas yang ditawarkan oleh organisasi, namun keberhasilan cara kerja yang baru ini bergantung pada kepercayaan satu sama lain.

Teknologi informasi yang baru memberikan peralatan bagi manajer untuk mengawasi para pekerja dengan lebih ketat. Manajer dapat memilih untuk mengawasi dengan ketat kapan karyawan masuk (log-in) ke dalam jaringan, apa yang sedang mereka lakukan, serta di mana mereka menghabiskan waktu ketika ber-Internet.

Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Manajemen Amerika (American Management Association) terhadap pengawasan karyawan secara elektronik menemukan bahwa hampir sekitar 74 persen perusahaan Amerika Serikat mengawasi aktivitas karyawan. Ini mengindikasikan bahwa suatu angka yang meningkat hampir dua kali lipat di antara tahun 1997 hingga 2000.

Meskipun kebanyakan perusahaan memiliki kebijakan yang memperbolehkan karyawan mengetahui bahwa mereka sedang diamati, beberapa yang lain tidak memiliki kebijakan tersebut. Selain itu, beberapa manajer yang beretika yakin bahwa pengawasan yang ketat seperti itu tidak hanya membuang waktu dan uang, tetapi jelas-jelas salah karena mencampuri privasi karyawan.

Perusahaan memerlukan cara yang efektif untuk menyelidiki pelecehan seksual atau tindakan lain yang ilegal atau tidak patut di tempat kerja. Namun demikian, tindakan memata-matai ini secara etika patut dipertanyakan.

Dengan menunjukkan rasa tidak percaya terhadap pekerja virtual dan telekomuting, dapat juga menimbulkan kerugian karena memperlemah kepercayaan dan komitmen yang dimiliki karyawan. Seorang manajer berkata, "Jika Anda mempekerjakan seseorang yang luar biasa, melibatkannya dalam bisnis, dan mereka sungguh-sungguh memiliki hasrat yang tinggi, serta tahu bahwa Anda peduli, maka seharusnya Anda tidak perlu duduk untuk mengurus atau mengawasi mereka."

Masalah lain yang semakin berkembang di lingkungan kerja baru adalah privasi pelanggan pada Internet. Perusahaan mengumpulkan portofolio informasi yang sangat lengkap atas pengunjung situs Web mereka.

Informasi ini merupakan barang yang sangat berharga untuk kepentingan pemasaran organisasi, namun para kritikus menyatakan bahwa tindakan ini dipandang suatu pelanggaran serius hak privasi seseorang. Survei terbaru menunjukkan bahwa 71 persen dari orang Amerika yang ditanya merasa sangat khawatir atau agak khawatir dengan ancaman terhadap privasi mereka sendiri pada Web. Untuk mengantisipasi pengesahan hukum privasi yang baru, sekarang sedang diperdebatkan di Washington, banyak perusahaan mengembangkan sendiri cara-cara untuk melindungi privasi seseorang pada Internet (Daft, 2006: 234).

BACA JUGA:

Ini merupakan isu etika yang rumit, dan permasalahan menjadi semakin rumit karena meningkatnya globalisasi bisnis. Namun demikian, perusahaan yang membuat komitmen teguh untuk mempertanyakan standar etika dan tanggung jawab sosial yang tinggi akan memimpin jalan menuju masa depan yang lebih cerah bagi bisnis dan masyarakat.
Rizki Gusnandar
Rizki Gusnandar Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba, setidaknya satu kali lagi - Thomas A. Edison.