Manajemen Kualitas Total
Situs Ekonomi - Gerakan kualitas di Jepang muncul sebagian sebagai hasil dari pengaruh Amerika setelah Perang Dunia II. Edwards Deming, yang dikenal sebagai "bapak gerakan kualitas," awalnya ditertawakan di Amerika, namun Jepang memuji teori tersebut dan mengubahnya untuk membantu pembangunan kembali industri mereka agar menjadi kekuatan dunia. Perusahaan Jepang melakukan perubahan besar dari model Amerika dengan cara bertahap beralih dari pendekatan berorientasi inspeksi menjadi kontrol kualitas yang mengarah pada pendekatan yang menekankan keterlibatan karyawan dalam pencegahan masalah kualitas (Daft, 2006: 76).
Pandangan Kontinjensi Manajemen
Selama tahun 1980-an dan memasuki tahun 1990-an, manajemen kualitas total (total quality management/TQM), yang memfokuskan pada pengelolaan organisasi secara keseluruhan untuk memberikan kualitas kepada pelanggan, berada di depan dalam membantu para manajer mengatasi persaingan global. Pendekatan ini menanamkan nilai-nilai kualitas melalui setiap kegiatan di dalam perusahaan, dengan pekerja yang berada di lini depan terlibat langsung dalam proses tersebut. Empat elemen penting dalam manajemen kualitas adalah keterlibatan karyawan, fokus pada pelanggaran, penentuan acuan, dan perbaikan terus-menerus (Daft, 2006: 77).
Keterlibatan karyawan berarti TQM menuntut adanya partisipasi dari seluruh bagian perusahaan dalam kontrol kualitas. Seluruh karyawan harus berfokus pada pelanggan; perusahaan TQM mencari tahu apa yang diinginkan dan mencoba untuk memenuhi kebutuhan dan ekspektasi mereka.
Sementara Penentuan acuan (benchmarking) merupakan proses di mana perusahaan mencari tahu bagaimana pihak lain mampu melakukan sesuatu yang lebih baik daripada yang dilakukannya dan mencoba untuk meniru atau memperbaikinya. Perbaikan terus-menerus dapat dikatakan sebagai implementasi perbaikan kecil, namun meningkat di segala bidang dalam organisasi tanpa henti.
TQM bukanlah alat yang terlihat hasilnya dalam waktu singkat, namun perusahaan seperti Motorola, Procter & Gamble dan DuPont berhasil mencapai hasil yang luar biasa dalam efisiensi, kualitas, serta kepuasan pelanggan melalui manajemen kualitas total. TQM masih merupakan bagian penting dari organisasi saat ini, dan banyak perusahaan mencoba meraih tujuan kualitas yang menantang untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap perbaikan kualitas.
Sebagai contoh, Six Sigma merupakan standar kualitas sangat ambisius yang dipopulerkan oleh Motorola, dengan penetapan tujuan, yaitu tingkat kerusakan tidak boleh melebihi 3,4 per satu juta suku cadang. Sejumlah perusahaan, termasuk DuPont, Texas Instruments, General Electric dan Nokia, mencoba meraih standar kualitas Six Sigma.