Organisasi Memainkan Peranan Penting dalam Memandu Tindakan Seseorang
Situs Ekonomi - Nilai-nilai yang diadopsi di dalam organisasi merupakan hal yang penting, terutama jika kita memahami bahwa kebanyakan orang berada pada tingkat dua dari tahap perkembangan moral, yang berarti bahwa tugas mereka adalah untuk memenuhi kewajiban dan harapan pihak lain. Seluruh keputusan beretika dibuat dalam konteks interaksi kita dengan orang lain, dan jaringan sosial dalam organisasi memainkan peranan penting dalam memandu tindakan seseorang (Daft, 2006: 211).
Sebagai contoh, kebanyakan dari kita akan lebih mudah untuk melakukan sesuatu yang kita tahu itu salah jika "setiap orang yang lain melakukannya." Dalam organisasi, pengaruh yang penting terhadap perilaku etis adalah adanya norma dan nilai tim, departemen, dan organisasi secara keseluruhan.
Riset menunjukkan bahwa nilai-nilai ini sangat mempengaruhi tindakan dan proses pengambilan keputusan oleh karyawan. Secara khusus, budaya perusahaan memungkinkan karyawan tahu keyakinan dan perilaku seperti apa yang didukung oleh perusahaan dan seperti apa yang tidak dapat ditoleransi oleh perusahaan.
Jika perilaku tidak etis ditoleransi atau malahan didukung, maka hal ini akan menjadi sesuatu yang rutin. Sebagai contoh, suatu investigasi atas tindakan pencurian dan penggelapan dalam bisnis minyak menemukan bahwa penyebabnya adalah selama ini pencurian dan penggelapan diterima saja (Daft, 2006: 212).
Nilai-nilai tersebut disosialisasikan kepada karyawan dan karyawan menganggapnya wajar. Pada kebanyakan perusahaan, karyawan yakin bahwa jika mereka tidak mematuhi nilai-nilai etika yang dinyatakan, maka pekerjaan mereka akan berada dalam posisi yang genting atau mereka tidak cocok dengan pekerjaan tersebut.
Sebagai contoh, kebanyakan dari kita akan lebih mudah untuk melakukan sesuatu yang kita tahu itu salah jika "setiap orang yang lain melakukannya." Dalam organisasi, pengaruh yang penting terhadap perilaku etis adalah adanya norma dan nilai tim, departemen, dan organisasi secara keseluruhan.
Riset menunjukkan bahwa nilai-nilai ini sangat mempengaruhi tindakan dan proses pengambilan keputusan oleh karyawan. Secara khusus, budaya perusahaan memungkinkan karyawan tahu keyakinan dan perilaku seperti apa yang didukung oleh perusahaan dan seperti apa yang tidak dapat ditoleransi oleh perusahaan.
Jika perilaku tidak etis ditoleransi atau malahan didukung, maka hal ini akan menjadi sesuatu yang rutin. Sebagai contoh, suatu investigasi atas tindakan pencurian dan penggelapan dalam bisnis minyak menemukan bahwa penyebabnya adalah selama ini pencurian dan penggelapan diterima saja (Daft, 2006: 212).
Nilai-nilai tersebut disosialisasikan kepada karyawan dan karyawan menganggapnya wajar. Pada kebanyakan perusahaan, karyawan yakin bahwa jika mereka tidak mematuhi nilai-nilai etika yang dinyatakan, maka pekerjaan mereka akan berada dalam posisi yang genting atau mereka tidak cocok dengan pekerjaan tersebut.
Sumber: Linda Klebe Trevino, "A Cultural Perspective on Changing and Developing Organizational Change and Development, editor R. Woodman and W. Pasmore (Greewhich, Conn.: JAI Press, 1990), 4.
Budaya dapat diamati untuk melihat jenis-jenis signal etika yang diberikan kepada para karyawan. Gambar di atas menunjukkan pertanyaan yang ditanyakan untuk memahami sistem budaya.
Standar etika yang tinggi dapat ditegaskan dan dikomunikasikan melalui penghargaan publik atau upacara resmi. Para pahlawan merupakan model peranan yang dapat mendukung atau menentang proses pengambilan keputusan yang beretika.
Sebagai contoh, pendiri Wendy's yaitu Dave Thomas sangat mempertahankan integritas dan merupakan seorang tenaga penjual yang efektif untuk perusahaan tersebut. Orang terlihat menyukai makanan Wendy's sebagian karena mereka menyukai perilaku Dave yang membumi, jujur, dan bersahabat. Ketika ia wafat pada bulan Januari 2002, palang tanda Wendy's di seluruh Amerika Serikat mengucapkan salam perpisahan kepada "pendiri dan sahabat kami."
Budaya bukanlah satu-satunya aspek dari organisasi yang mempengaruhi etika, namun merupakan suatu kekuatan besar karena menentukan nilai-nilai perusahaan. Aspek organisasi yang lain, seperti aturan dan kebijakan yang eksplisit, sistem penghargaan, dan sejauh mana perusahaan memperhatikan karyawannya, juga dapat mempengaruhi nilai etika dan proses pengambilan keputusan oleh manajer.
Sebagai contoh, di Levi Strauss, sistem seleksi dimaksudkan untuk mendorong keberagaman latar belakang dan pemikiran di antara para karyawan, suatu 'aspirasi perusahaan' yang ditulis oleh manajemen puncak adalah untuk memandu seluruh keputusan besar dan sepertiga dari kenaikan gaji seorang manajer tergantung pada seberapa baik ia menggarisbawahi nilai-nilai ini (Daft, 2006: 213).