Setingkat Caribou Coffee Saja Memiliki Misi
Situs Ekonomi - John dan Kim Pucket menyukai kegiatan luar ruangan. Mereka juga menyukai kopi. Sekitar 10 tahun yang lalu, mereka mendaki gunung Sable di Alaska.
Ketika sampai di puncak, mereka terkesan bukan hanya karena pemandangan di sekeliling mereka tetapi juga oleh pemandangan sekumpulan kijang besar (caribou) yang berlompatan di sepanjang lembah. Keluarga Pucket tidak lantas mengeluarkan mesin pembuat kopi dari ransel mereka dan menikmati kopi di atas gunung, melainkan mereka ingin menemukan kembali jalan untuk menciptakan momen yang luar biasa itu.
Berawal dari situ, mereka ingin mendirikan tempat di mana orang dapat berkumpul berbagi hal-hal menyenangkan dan sederhana: berbincang santai dengan sahabat atau saat membaca surat kabar sambil menikmati rasa kopi yang lezat. Tidak hanya sebatas itu, mereka juga ingin merintis usaha sendiri. Jadi, tepat pada bulan Desember 1992 mereka resmi membuka kedai kopi yang pertama di Minneapolis.
Saat ini, Caribou Coffee adalah perusahaan kopi kedua terbesar di AS, dengan 160 kedai dan 2.000 karyawan di delapan negara bagian. Keluarga Pucket tetap setia pada visi awal mereka, yaitu membawa alam ke tempat tinggal: setiap kedai dibangun dan dihias sehingga menyerupai rumah kecil di Alaska, dengan lemari terbuat dari kayu cemara, pendiangan bernuansa pedesaan, dan tempat duduk yang nyaman.
"Kami berusaha menjadikan pengalaman di Caribou sebagai sebuah petualangan yang mengesankan dan menyenangkan. Adapun misi kami adalah menjadikan Caribou sebagai tempat berkumpul terbaik dan memberikan layanan yang cepat dan bersahabat," sebagaimana yang disampaikan melalui situs perusahaan tersebut.
Misi yang jelas merupakan jiwa dari sebuah organisasi, namun tujuan yang dapat dicapai dan perencanaan yang baik adalah hati dan jantung dari perusahaan tersebut. Caribou Coffee menggabungkan ketiganya, akan tetapi pengembangan dan pertumbuhannya bukan tanpa perjuangan.
Keluarga Pucket menyempurnakan citra dan gaya pedesaan dari perusahaan mereka. Dengan bantuan Barry Judge, wakil presiden direktur pemasaran dan agen periklanan Carmichael Lynch di Minneapolis, Caribou menciptakan kata-kata kunci yang menggambarkan pengalaman Caribou: "Luar ruangan, pergi dengan senyuman, dan buatan tangan."
Tentunya, orang-orang yang tinggal di sekitar Caribou menjadi pelanggan yang setia. Namun, itu semua bukan berarti tanpa alasan, mereka terlihat lebih menyukai kopi Caribou dibandingkan dengan saingan terkuatnya, yaitu Starbucks.
Menurut sejarah, Caribou lebih dulu menciptakan rasa dan cara meracik kopi baru yang kemudian diikuti Starbucks. Maka dari itu, kualitas layanan yang terpuaskan adalah tujuan yang berhasil diraih oleh Caribou.
Meskipun demikian, perusahaan ini memiliki masalah dengan penyusunan tujuan yang lebih spesifik dan perencanaan untuk pertumbuhan. Satu hal, Caribou kekurangan dana untuk ekspansi yang diharapkan Pucket.
Hal lain, ekspansi mereka dari Minneapolis ke lokasi lainnya dilakukan karena dorongan persaingan, seperti membuka lapak di mana Starbucks tidak ada. Sampai tahun 1997, Caribou Coffee memiliki 123 kedai, yang hanya dapat dikalahkan oleh Starbucks.
Presiden Direktur Caribou, Jay Willoughby menyatakan, "Tujuan kami adalah menjadi pemain nasional." Namun, Starbucks memiliki lebih dari 2.000 kedai, termasuk 190 di luar negeri: Caribou bahkan tidak mampu mendekati angka itu.
Menjadi nomor dua bukan berarti hal yang buruk. Bahkan, analis industri Alan Hickok berpendapat, "Di pasar yang mana (Caribou) bersaing langsung dengan Sturbucks, mereka cukup berhasil. Tidak ada kategori konsumen, dengan pengecualian Microsoft, di mana konsumen dipuaskan dengan hanya satu pilihan. Tentu saja, ada ruang untuk menjadi nomor dua."
Caribou tetap ingin bertumbuh, namun mereka kesulitan mendapatkan perencanaan yang jelas dan uang untuk mendukungnya. Kemudian Don Dempsey -- yang dahulu merupakan kepala divisi Cina untuk McDonald's -- bergabung sebagai direktur utama baru pada tahun 1999.
Mengapa ia mau melompat dari perusahaan raksasa seperti McDonald's ke kedai kopi kecil seperti Caribou Coffee? "Ketika Anda menjalankan perusahaan internasional untuk McDonald's, Anda betul-betul punya kebebasan. Namun yang saya inginkan adalah membawa apa yang telah saya pelajari dari perusahaan besar dan mengaplikasikannya ke perusahaan kecil," jelasnya.
Saat seorang wartawan menanyakan Dempsey tentang tujuannya bagi perusahaan, ia menjawab bahwa ingin "menumbuhkan keuntungan secara meyakinkan dan konsisten." Namun, ia memerlukan rencana dan cara untuk mengumpulkan uang demi mencapai tujuan keseluruhannya.
Dempsey ingat ketika membutuhkan dana untuk sebuah proyek di McDonald's, ia hanya menelepon CEO-nya dan meminta dana tersebut. Kita mengetahui bahwa pendanaan bukan hal mudah bagi Caribou.
Pada akhirnya, kelompok Crescent Capital dari Atlanta setuju untuk membeli senilai persentase tertentu dari perusahaan, yang akan memompa pertumbuhan keuntungan yang diperlukan dalam organisasi. Dempsey menggambarkan garis besar rencana ekspansi: tetap di lokasi di tempat Caribou telah mendirikan kedai di sana dan memperkuat nama Caribou di tempat-tempat tersebut.
BACA JUGA:
Pasar terbesar Caribou sejauh ini adalah kota asalnya, Minneapolis St. Paul, adapun pasar lain meliputi Columbus dan Cleveland, Ohio; Raleigh dan Charlotte, North Carolina; Atlanta; Detroit; Chicago; dan Washington, D.C. "Kami harus meningkatkan penetrasi dan menumbuhkan kesadaran merek untuk meningkatkan perekonomian kami," kata Dempsey. Sementara itu, Caribou akan terus menyuguhkan secangkir kopi yang nikmat di tempat orang melarikan diri dari rutinitas sehari-hari tersebut.
Sumber: Situs Web perusahaan, http://www.cariboucoffee.com, diakses 21 Februari 2002; Jessica Griffith, "Caribou Coffee Brewing a Caffeine-Fueled Expansion," Financial and Commerce, 26 Desember 2001, http://www.finance-commerce.com; Eleni Chamis, "Sale Stalling Coffee Chain's Local Growth," Washington Business Journal, 30 Oktober 2000, http://wasington.bizjournals.com; Jim McCartney, "Caribou Coffee Taking on King of the Hill," Shopping Centers Today, 1 Mei 1999, http://www.icsc.org.
Ketika sampai di puncak, mereka terkesan bukan hanya karena pemandangan di sekeliling mereka tetapi juga oleh pemandangan sekumpulan kijang besar (caribou) yang berlompatan di sepanjang lembah. Keluarga Pucket tidak lantas mengeluarkan mesin pembuat kopi dari ransel mereka dan menikmati kopi di atas gunung, melainkan mereka ingin menemukan kembali jalan untuk menciptakan momen yang luar biasa itu.
Berawal dari situ, mereka ingin mendirikan tempat di mana orang dapat berkumpul berbagi hal-hal menyenangkan dan sederhana: berbincang santai dengan sahabat atau saat membaca surat kabar sambil menikmati rasa kopi yang lezat. Tidak hanya sebatas itu, mereka juga ingin merintis usaha sendiri. Jadi, tepat pada bulan Desember 1992 mereka resmi membuka kedai kopi yang pertama di Minneapolis.
Saat ini, Caribou Coffee adalah perusahaan kopi kedua terbesar di AS, dengan 160 kedai dan 2.000 karyawan di delapan negara bagian. Keluarga Pucket tetap setia pada visi awal mereka, yaitu membawa alam ke tempat tinggal: setiap kedai dibangun dan dihias sehingga menyerupai rumah kecil di Alaska, dengan lemari terbuat dari kayu cemara, pendiangan bernuansa pedesaan, dan tempat duduk yang nyaman.
"Kami berusaha menjadikan pengalaman di Caribou sebagai sebuah petualangan yang mengesankan dan menyenangkan. Adapun misi kami adalah menjadikan Caribou sebagai tempat berkumpul terbaik dan memberikan layanan yang cepat dan bersahabat," sebagaimana yang disampaikan melalui situs perusahaan tersebut.
Misi yang jelas merupakan jiwa dari sebuah organisasi, namun tujuan yang dapat dicapai dan perencanaan yang baik adalah hati dan jantung dari perusahaan tersebut. Caribou Coffee menggabungkan ketiganya, akan tetapi pengembangan dan pertumbuhannya bukan tanpa perjuangan.
Keluarga Pucket menyempurnakan citra dan gaya pedesaan dari perusahaan mereka. Dengan bantuan Barry Judge, wakil presiden direktur pemasaran dan agen periklanan Carmichael Lynch di Minneapolis, Caribou menciptakan kata-kata kunci yang menggambarkan pengalaman Caribou: "Luar ruangan, pergi dengan senyuman, dan buatan tangan."
Tentunya, orang-orang yang tinggal di sekitar Caribou menjadi pelanggan yang setia. Namun, itu semua bukan berarti tanpa alasan, mereka terlihat lebih menyukai kopi Caribou dibandingkan dengan saingan terkuatnya, yaitu Starbucks.
Menurut sejarah, Caribou lebih dulu menciptakan rasa dan cara meracik kopi baru yang kemudian diikuti Starbucks. Maka dari itu, kualitas layanan yang terpuaskan adalah tujuan yang berhasil diraih oleh Caribou.
Meskipun demikian, perusahaan ini memiliki masalah dengan penyusunan tujuan yang lebih spesifik dan perencanaan untuk pertumbuhan. Satu hal, Caribou kekurangan dana untuk ekspansi yang diharapkan Pucket.
Hal lain, ekspansi mereka dari Minneapolis ke lokasi lainnya dilakukan karena dorongan persaingan, seperti membuka lapak di mana Starbucks tidak ada. Sampai tahun 1997, Caribou Coffee memiliki 123 kedai, yang hanya dapat dikalahkan oleh Starbucks.
Presiden Direktur Caribou, Jay Willoughby menyatakan, "Tujuan kami adalah menjadi pemain nasional." Namun, Starbucks memiliki lebih dari 2.000 kedai, termasuk 190 di luar negeri: Caribou bahkan tidak mampu mendekati angka itu.
Menjadi nomor dua bukan berarti hal yang buruk. Bahkan, analis industri Alan Hickok berpendapat, "Di pasar yang mana (Caribou) bersaing langsung dengan Sturbucks, mereka cukup berhasil. Tidak ada kategori konsumen, dengan pengecualian Microsoft, di mana konsumen dipuaskan dengan hanya satu pilihan. Tentu saja, ada ruang untuk menjadi nomor dua."
Caribou tetap ingin bertumbuh, namun mereka kesulitan mendapatkan perencanaan yang jelas dan uang untuk mendukungnya. Kemudian Don Dempsey -- yang dahulu merupakan kepala divisi Cina untuk McDonald's -- bergabung sebagai direktur utama baru pada tahun 1999.
Mengapa ia mau melompat dari perusahaan raksasa seperti McDonald's ke kedai kopi kecil seperti Caribou Coffee? "Ketika Anda menjalankan perusahaan internasional untuk McDonald's, Anda betul-betul punya kebebasan. Namun yang saya inginkan adalah membawa apa yang telah saya pelajari dari perusahaan besar dan mengaplikasikannya ke perusahaan kecil," jelasnya.
Saat seorang wartawan menanyakan Dempsey tentang tujuannya bagi perusahaan, ia menjawab bahwa ingin "menumbuhkan keuntungan secara meyakinkan dan konsisten." Namun, ia memerlukan rencana dan cara untuk mengumpulkan uang demi mencapai tujuan keseluruhannya.
Dempsey ingat ketika membutuhkan dana untuk sebuah proyek di McDonald's, ia hanya menelepon CEO-nya dan meminta dana tersebut. Kita mengetahui bahwa pendanaan bukan hal mudah bagi Caribou.
Pada akhirnya, kelompok Crescent Capital dari Atlanta setuju untuk membeli senilai persentase tertentu dari perusahaan, yang akan memompa pertumbuhan keuntungan yang diperlukan dalam organisasi. Dempsey menggambarkan garis besar rencana ekspansi: tetap di lokasi di tempat Caribou telah mendirikan kedai di sana dan memperkuat nama Caribou di tempat-tempat tersebut.
BACA JUGA:
- Pahami Marketing Trends agar Bisnismu Tidak Termakan Evolusi Teknologi!
- Apa Itu Personal Branding serta Apa Saja Tujuan dan Manfaatnya?
- Internalisasi Budaya Perusahaan
Pasar terbesar Caribou sejauh ini adalah kota asalnya, Minneapolis St. Paul, adapun pasar lain meliputi Columbus dan Cleveland, Ohio; Raleigh dan Charlotte, North Carolina; Atlanta; Detroit; Chicago; dan Washington, D.C. "Kami harus meningkatkan penetrasi dan menumbuhkan kesadaran merek untuk meningkatkan perekonomian kami," kata Dempsey. Sementara itu, Caribou akan terus menyuguhkan secangkir kopi yang nikmat di tempat orang melarikan diri dari rutinitas sehari-hari tersebut.
Sumber: Situs Web perusahaan, http://www.cariboucoffee.com, diakses 21 Februari 2002; Jessica Griffith, "Caribou Coffee Brewing a Caffeine-Fueled Expansion," Financial and Commerce, 26 Desember 2001, http://www.finance-commerce.com; Eleni Chamis, "Sale Stalling Coffee Chain's Local Growth," Washington Business Journal, 30 Oktober 2000, http://wasington.bizjournals.com; Jim McCartney, "Caribou Coffee Taking on King of the Hill," Shopping Centers Today, 1 Mei 1999, http://www.icsc.org.