Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nilai dan Moral Merupakan Hal Penting bagi Pemangku Kepentingan Perusahaan

Nilai dan Moral Merupakan Hal Penting bagi Pemangku Kepentingan Perusahaan

Situsekonomi.com - Berkaca kepada skandal kebangkrutan Enron dan WorldCom memang suatu yang wajib dilakukan oleh pelaku bisnis yang lahir pascaperistiwa tersebut terjadi adalah menerapkan prinsip-prinsip GCG dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika dalam menjalankan bisnisnya. Nilai dan moral memang menjadi hal penting bagi pemangku kepentingan suatu perusahaan (Sunyoto, 141: 2016).

Dengan menerjemahkan nilai dan moral ke dalam kode etik perusahaan, pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik tersebut akan membawa dampak positif bagi perusahaan itu sendiri. Bagaimanapun sulitnya menerapkan kode etik dalam kegiatan operasi perusahaan akan tetapi apabila perusahaan mampu menjalankannya maka perusahaan akan terhindar dari segala kemungkinan yang dapat merugikan perusahaan itu sendiri.

Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran penting untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi. Pada umumnya, diperlukan perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

Di samping itu, etika bisnis di luar perusahaan (etika antarperusahaan) memberikan peran yang begitu penting bagi stabilitas perusahaan itu sendiri, di mana suatu perusahaan akan berjalan tenang tanpa ada gangguan dari perusahaan lain. Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktik etika bisnis (internal dan eksternal) akan selalu menguntungkan bukan hanya perusahaan itu sendiri baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang tetapi juga lingkungan sekitar, negara, dan perusahaan lain di antaranya:
  • Menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat;
  • Mempunyai hubungan baik dengan para pemangku kepentingan (internal perusahaan, perusahaan lain, pemerintah, dan masyarakat) sehingga perusahaan berkembang untuk maju dengan baik tanpa hambatan;
  • Mencegah kemungkinan terjadinya perpecahan, baik internal perusahaan maupun dengan eksternal;
  • Meningkatkan etos kerja internal perusahaan;
  • Melindungi prinsip kebebasan berniaga;
  • Mampu meningkatkan keunggulan bersaing;
  • Menjaga kelestarian lingkungan, sosial, budaya, dan sumber daya alam;
  • Menjaga stabilitas perekonomian negara;
  • Dengan adanya transparansi akan membatasi ruang gerak praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Tidak bisa dielakkan lagi bahwasanya tindakan yang tidak etis oleh perusahaan akan membawa dampak negatif dari perusahaan itu sendiri. Perbuatan tidak etis suatu perusahaan akan mendapat perlawanan dari para stakeholders, baik karyawan, konsumen, bahkan masyarakat, hal tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi, dan lain sebagainya (Putri, 142: 2016).

Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-hari maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan ke dalam manajemen perusahaan, yakni dengan cara:
  • Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct) ke dalam perusahaan;
  • Memperkuat sistem pengawasan;
  • Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus-menerus;
  • Membuka forum diskusi untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang menyangkut internal perusahaan maupun sosial lingkungan.

Etika bisnis memiliki relevansi bagi para pelaku bisnis yang menginginkan bisnisnya sukses dan bertahan lama (Keraf, 1998). Bisnis modern saat ini adalah bisnis yang diwarnai oleh persaingan ketat.

Dalam konteks bisnis yang kompetitif, setiap perusahaan berusaha untuk unggul berdasarkan kekuatan objektifnya. Kekuatan objektif itu mencakup dua hal paling pokok, yaitu modal dan tenaga kerja. Dalam hal ini, selain modal yang memadai dibutuhkan pula tenaga kerja yang profesional yang mampu menjalankan manajemen perusahaan.

Tenaga kerja yang profesional tidak hanya didasarkan pada keahlian dan keterampilannya saja, namun juga komitmen moral yang wajib dimiliki oleh tenaga kerja tersebut. Disiplin, loyalitas, kerja sama, integritas, tanggung jawab, kejujuran, dan sebagainya merupakan moral yang wajib dimiliki oleh pemangku kepentingan suatu perusahaan.

BACA JUGA:

Penutup

Harapannya, ketika pemangku kepentingan mempunyai etika dalam menjalani bisnis, pemangku kepentingan akan mempunyai dedikasi untuk memajukan perusahaan. Di samping itu, pemangku kepentingan akan lebih mementingkan kepentingan umum dibanding kepentingan pribadinya sehingga akan terhindar dari praktik-praktik kotor yang dapat merugikan perusahaan, masyarakat, lingkungan, dan negara.
Rizki Gusnandar
Rizki Gusnandar Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba, setidaknya satu kali lagi - Thomas A. Edison.