Sistem Riba Menimbulkan Kesenjangan yang Mencolok di Amerika
Situsekonomi.com - Pada tahun 2012, utang Amerika telah mencapai jumlah $16,4 triliun, atau 100 persen dari PDB, yang seharusnya hanya 60 persen. Lebih dari 50 persen dari utang ini akibat kebijakan Bushdi Irak dan Afghanistan; dan mengurangi pajak, serta tidak menyentuh kepentingan warga AS (Amerika Serikat) yang tidak mampu (Kompas, 2013).
Pertumbuhan utang warga Amerika juga meningkat dua persen sepanjang kwartal terakhir 2013 (atau delapan persen dalam setahun) atau tertinggi sejak 2007 sebelum perekonomian negara itu terjatuh ke dalam resesi. Utang itu pada porsi terbesar berada di warga yang berstatus sosial ekonomi terendah, dan menumpuk di sektor perumahan.
Utang digunakan untuk membeli rumah, mobil, dan pembiayaan pendidikan, dengan perincian sebagai berikut: Utang rumah tangga naik $241 miliar menjadi $11,52 triliun pada akhir 2013. Utang perumahan dari $152 miliar menjadi $8,05 triliun. Utang untuk pembelian mobil mencapai $863 miliar. Utang kartu kredit mencapai $683 miliar. Utang mahasiswa $1,08 triliun. Utang domestik AS (rumah tangga, pemerintah, dan perusahaan non keuangan) mencapai $4,41 triliun, atau 250 persen terhadap PDB (batas aman 60 persen dari PDB), dalam tahun 2012.
Kesenjangan pendapatan di antara masyarakat Amerika terlihat dengan sangat mencolok, yang terdiri dari kelompok satu persen, kelompok 10 persen, dan kelompok 99 persen. Kelompok satu persen merupakan warga terkaya yang penghasilannya meningkat sebesar 31,4 persen.
Kelompok ini adalah para eksekutif bergaji tinggi, kaum elit karena warisan, atau mereka bekerja di sejumlah korporasi besar, dan mendapat dana talangan pemerintah $1,7 triliun ketika mencegah resesi tahun 2008; ironisnya, mereka membagi bonus. Tahun 2012, rata-rata pendapatan tahunan mereka sebelum pajak berjumlah $394.000.
Pendapatan mereka meningkat karena menjual saham untuk menghindari pajak. Pada tahun yang sama, mereka menguasai 19,3 persen dari total pendapatan total rumah tangga AS. Kelompok 10 persen memiliki 48,2 persen total pendapatan rumah tangga AS; dan dalam tahun 2012, rata-rata pendapatan mereka berjumlah $114.000 per tahun. Kelompok 99 persen memperoleh kenaikan pendapatan hanya 0,4 persen dalam tahun yang sama.
Kompas (2013) melaporkan bahwa penyebab kesenjangan ini adalah adanya outsourcing (alih daya) ke India dan Filipina yang artinya penggunaan tenaga kerja beralih ke negara di mana masyarakatnya dapat menerima upah yang lebih murah, dan ini juga disebabkan akibat persaingan upah dengan Cina. Alasan lain adalah karena lemahnya pasar tenaga kerja, resesi ekonomi, PHK (pemutusan hubungan kerja), pengetatan anggaran, dan defisit yang besar.
Defisit yang besar adalah cerminan lemahnya kemampuan untuk berproduksi dan kalah bersaing perdagangan, sehingga anggaran belanja negara lebih banyak ditutup dengan utang. AS kini merupakan negara dengan timbunan utang, defisit anggaran besar, dan masa depan perekonomian yang tidak pasti. Walaupun ekonomi dikatakan sudah pulih dari resesi, hal itu tidak lain akibat pasokan uang yang beredar berlebihan oleh The Fed.
Namun, jika ditelaah dari kesenjangan yang mencolok antara kelompok satu persen dengan kelompok 99 persen dapat dikatakan bahwa hal ini juga disebabkan oleh adanya sistem riba yang kuat di masyarakat Amerika. Kelompok minoritas memiliki aset keuangan yang besar, dan selalu bertambah dengan diperolehnya bunga; sedangkan kelompok mayoritas sulit memperoleh lapangan pekerjaan karena adanya resesi ekonomi, sehingga menyebabkan pendapatan mereka naik secara tidak berarti.
Dalam kaitan dengan perkembangan sektor keuangan yang berbasis utang dengan bunga, Peter Drucker menyebutkannya sebagai fenomena "ternak uang", yang makin besar, dan aktivitasnya seperti terpisah dari fundamental ekonomi. Ini terjadi karena akumulasi kekayaan oleh segelintir kaum kaya dunia. Dana-dana ini telah "dimainkan" begitu dahsyatnya di pasar dan memanfaatkan informasi apa saja untuk untung walaupun bisa rugi seketika.
Sebelumnya, Standard & Poor's (S&P) mengingatkan dampak ketimpangan di AS saat kaum kaya makin kaya, dan menghambat ekonomi. S&P menyimpulkan bahwa keberadaan uang yang masif kini menjadi kekayaan yang berpotensi besar menimbulkan kejutan ekonomi.
BACA JUGA:
Dana itu sangat eksplosif begitu terjadi kepanikan mendadak dan ini terbukti pada krisis tahun 2008. Ekonomi AS, Robert J Shiller, mengingatkan, lanjutan ledakan ekonomi akibat ledakan sektor keuangan hanya masalah waktu. Societe General mengatakan bahwa peningkatan utang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah juga bebahaya.