Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Keseimbangan Arus Dana Manajemen Keuangan Koperasi Simpan Pinjam

Manajemen Keuangan Koperasi Simpan Pinjam

Arus dana atau cash flow adalah laporan keuangan bisnis pada periode tertentu mengenai uang masuk dan uang keluar. Oleh karena itu, pengelola keuangan koperasi simpan pinjam (KSP) atau unit simpan pinjam (USP) koperasi harus menjaga keseimbangan arus dana yang meliputi sebagai berikut:

1. Perencanaan Kas

Anggaran kas menunjukkan rencana aliran kas masuk, aliran kas keluar, dan posisi kas akhir pada setiap periode. Pengelola harus menyusun rencana aliran kas, baik jangka panjang maupun jangka pendek (Tambunan, 2019).

Pada dasarnya, anggaran kas terdiri dari dua bagian yaitu rencana penerimaan kas dan rencana pengeluaran kas. Jika terjadi defisit, maka pengelola harus mencari alternatif sumber dana tambahan dan mencari alternatif penggunaan dana atau investasi bila terjadi kelebihan kas.

Anggaran kas berkaitan erat dengan anggaran penyaluran pinjaman dan penarikannya, anggaran tabungan, anggaran simpanan berjangka, anggaran pendapatan, serta anggaran biaya. Tujuan utama anggaran kas adalah sebagai berikut:
  1. Menunjukkan kemungkinan posisi kas sebagai akibat dari operasional usaha simpan pinjam.
  2. Identifikasi kemungkinan kekurangan atau kelebihan kas.
  3. Menentukan perlunya sumber dana tambahan jika terjadi defisit atau menentukan perlunya investasi bila terdapat kelebihan kas.
  4. Mengoordinasikan kas dengan jumlah modal kerja, penyaluran kredit, penerimaan tabungan, investasi, dan utang.
  5. Menentukan dasar yang sehat untuk pengendalian posisi kas secara terus-menerus.

2. Dimensi Waktu Perencanaan dan Pengendalian Kas

Anggaran kas berfungsi untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menambah dana dari sumber-sumber intern sekaligus memperkirakan saldo kas pada setiap akhir tahun anggaran yang ditetapkan. Dalam hal ini, ada tiga pendekatan yang perlu diketahui yaitu sebagai berikut:

a. Anggaran Kas Jangka Panjang

Setiap perusahaan tentu memiliki laporan keuangan untuk melihat berapa keuntungan yang didapat dan berapa persen kerugian yang dialami. Oleh karena itu, anggaran kas jangka panjang mesti disesuaikan dengan dimensi waktu dari pengeluaran modal dan rencana laba strategis jangka panjang.

b. Anggaran Kas Jangka Pendek

Anggaran kas jangka pendek disesuaikan dengan rencana laba taktis jangka pendek. Anggaran kas jangka pendek memerlukan rencana atau estimasi aliran kas masuk dan kas keluar yang rinci yang secara langsung berkaitan dengan rencana laba tahunan.

c. Anggaran Kas untuk Operasional

Anggaran kas untuk operasional digunakan oleh usaha simpan pinjam untuk perencanaan dan pengendalian aliran kas masuk dan kas keluar berdasarkan kegiatan sehari-hari. Tujuan utama anggaran ini adalah untuk pengendalian kas yang dinamis atas posisi kas dalam rangka meminimalkan biaya.

3. Pendekatan Penyusunan Anggaran Kas

Dalam proses penyusunan anggaran kas tentu diperlukan beberapa tahap supaya anggaran tersebut bisa tersusun dengan baik. Untuk itu, berikut ini adalah beberapa hal mengenai pendekatan penyusunan anggaran kas yang perlu Anda ketahui:

a. Pendekatan Penerimaan dan Pengeluaran Kas

Sumber-sumber penerimaan kas muncul melalui transaksi-transaksi seperti penerimaan dari pengumpulan piutang, tabungan, dan simpanan berjangka. Sementara pengeluaran kas muncul dari berbagai pembayaran tunai, misalnya untuk pengeluaran pinjaman, pajak, dan upah tenaga kerja.

b. Pendekatan Akuntansi Keuangan

Pendekatan akuntansi keuangan digunakan untuk penyusunan anggaran kas jangka panjang. Pada dasarnya, akuntansi dijadikan sebagai dasar untuk memahami laporan keuangan dan bagaimana perusahaan menyampaikan laporan keuangannya dengan menggunakan strategi yang tepat.

4. Pengendalian Posisi Kas

Bagian keuangan bertanggung jawab atas pengendalian posisi kas. Realisasi penerimaan dan pengeluaran kas biasanya berbeda dengan rencana seperti yang ditunjukkan dalam rencana laba. Hal ini disebabkan oleh:
  1. Perubahan variabel-variabel yang mempengaruhi kas.
  2. Kejadian-kejadian yang mendadak dan tidak diharapkan yang dapat mempengaruhi operasional usaha simpan pinjam.
  3. Kurangnya pengendalian kas.

Sistem pengendalian kas yang efektif sangat penting mengingat akibat-akibat potensial mungkin terjadi. Jika koperasi menghadapi situasi yang bisa menyebabkan kesulitan kas, maka pengelola dapat menghindari atau mengurangi situasi terburuk dengan cara:
  • meningkatkan usaha pengumpulan piutang;
  • mengurangi biaya-biaya kas;
  • menunda pengeluaran modal;
  • menunda pembayaran utang; dan
  • mengubah waktu operasional yang mempengaruhi kas.

Apabila diasumsikan bahwa perencanaan telah dilaksanakan dengan efektif, maka selanjutnya pengendalian kas sebaiknya dilakukan dengan dua prosedur. Adapun pembahasan selengkapnya mengenai kedua prosedur tersebut dapat disimak di bawah ini:

a. Evaluasi Terus-menerus (Continues Evaluation)

Evaluasi terus-menerus yaitu evaluasi dilakukan secara terus-menerus dan memperhitungkan kemungkinan posisi kas di masa yang akan datang. Hal ini meliputi evaluasi periodik dan laporan rutin (biasanya bulanan) serta estimasi posisi kas yang akan datang (periode sisa).

b. Pengendalian Kas dengan Catatan Data Harian atau Mingguan

Tujuan pencatatan harian atau mingguan adalah untuk meminimalkan biaya bunga dan mempertahankan jumlah kas yang cukup. Cara ini digunakan oleh usaha simpan pinjam yang memiliki permintaan kas yang sangat tidak teratur (berfluktuasi).

5. Arus Dana Masuk

Pada prinsipnya, arus kas didefinisikan sebagai arus keluar dan arus masuk. Pengelola harus mampu mengatur arus dana agar selalu seimbang antara arus dana yang masuk dan arus dana yang keluar. Adapun arus dana masuk itu sendiri terdiri dari sebagai berikut:
  1. Penerimaan simpanan pokok dan simpanan wajib (untuk KSP) atau modal tetap (untuk USP koperasi).
  2. Penerimaan setoran simpanan berupa tabungan atau simpanan berjangka anggota.
  3. Penerimaan cicilan pinjaman, baik pokok maupun bunga.
  4. Penerimaan dana dari bank berupa pinjaman.
  5. Penerimaan pendapatan operasional berupa pendapatan bunga pinjaman, provisi, dan administrasi.
  6. Penerimaan pendapatan bunga bank.

6. Arus Dana Keluar

Arus dana keluar merupakan kebalikan dari arus dana masuk. Apabila uang tunai yang diterima mewakili arus masuk, maka uang yang dikeluarkan mewakili arus keluar. Arus dana keluar berupa pemberian pinjaman dan penarikan simpanan, seperti:
  • tabungan atau simpanan berjangka anggota;
  • pembayaran biaya-biaya usaha dan organisasi;
  • penyetoran ke bank;
  • pembayaran simpanan pokok dan simpanan wajib untuk anggota yang keluar;
  • penyertaan (investasi) pada koperasi lain;
  • bank atau surat berharga;
  • pembayaran pinjaman; serta
  • pembayaran pajak.

7. Likuiditasi KSP/USP Koperasi

Pengukuran likuiditas KSP/USP koperasi dilakukan dengan cara membandingkan pinjaman yang disalurkan dengan dana yang dihimpun. Namun, besarannya tidak boleh melebihi 90% dari total dana yang dihimpun yang terdiri atas:
  • modal sendiri;
  • modal pinjaman;
  • modal penyisihan;
  • tabungan; dan
  • simpanan berjangka.

Untuk mempertahankan likuiditas, KSP/USP koperasi harus membuat perencanaan dan pengendalian kas, baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Untuk menjaga keseimbangan kas masuk dan kas keluar, KSP/USP koperasi harus menyusun:
  1. Perencanaan dan pengendalian arus kas dalam bentuk anggaran kas.
  2. Perencanaan dan pengendalian arus kas yang berkaitan dengan penghimpunan dan penyaluran dana.

Untuk merencanakan dan mengendalikan arus kas, pengelola harus menaksir kebutuhan kas dan penggunaan kelebihan kas secara efektif. Ini sangat penting sebagai dasar penentuan besarnya pinjaman bila terjadi kekurangan dana atau investasi bila terjadi kelebihan dana.

8. Pengaturan Likuiditas Minimum

Pengelola harus dapat memperkirakan besarnya pengeluaran dalam setiap hari, minggu, atau bulan, sehingga likuiditas minimum dapat ditetapkan secara lebih tepat. Kesemuanya itu perlu didukung oleh pencatatan-pencatatan yang akurat, teliti, rapi, dan sistematis.

9. Manajemen Aktiva Pasiva

Dalam upaya untuk menyeimbangkan arus dana, KSP/USP koperasi perlu melakukan manajemen aktiva-pasiva dengan pendekatan alokasi aset. Dana yang memiliki sifat perputaran yang cukup tinggi hendaknya penggunaannya diprioritaskan dalam aktiva yang tingkat likuiditasnya cukup tinggi.

Demikianlah pembahasan tentang keseimbangan arus dana manajemen keuangan koperasi simpan pinjam. Menurut Zimmerer (2009), manajemen keuangan merupakan proses pemberian informasi keuangan yang relevan kepada wirausahawan dalam format yang mudah dan tepat waktu.
Rizki Gusnandar
Rizki Gusnandar Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba, setidaknya satu kali lagi - Thomas A. Edison.