Industrialisasi dan 5 Tiang Pembangunan Berkelanjutan
Perhatian terhadap pembangunan yang berkelanjutan tidak hanya tertuju pada negara yang sedang berkembang, tetapi juga pada negara maju. Namun, tekanannya tentu sangat berbeda. Bagi negara maju, mereka lebih memperhatikan aspek lingkungan dan ekonomi (Salim, 1991).
Sementara negara yang sedang berkembang, ada banyak aspek yang harus dikedepankan, seperti aspek pemenuhan kebutuhan dasar dan pencapaian pertumbuhan. Pembangunan berkelanjutan akan tercapai apabila lima tiang pembangunan terpelihara dengan baik (Pearce, 1991).
Kelima tiang tersebut adalah keberlanjutan lingkungan, ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Lima hal ini hampir selalu berhubungan dengan dampak eksternalitas pembangunan industri di suatu negara atau wilayah (Irawan, 2002).
Pada awalnya, industri pengilangan minyak, pabrik semen, dan rencana pembotolan gas alam di Cilacap diharapkan banyak tenaga kerja yang terserap. Penyerapan tenaga kerja memang ada, tapi sayangnya lebih banyak tenaga kerja yang berasal dari luar Cilacap yang mendapatkan pekerjaan.
Hal itu tidak akan terjadi apabila tenaga kerja yang ada di Cilacap memiliki keterampilan. Lemahnya tingkat keterampilan dan pendidikan yang dimiliki oleh setiap individu tenaga kerja merupakan salah satu indikator ekonomi di suatu negara (Suparmoko, 2002).
Di samping itu, tidak sedikit pula penduduk setempat yang merasakan pencemaran udara dan air akibat hasil pengolahan industri. Jadi, manfaat eksternal sebenarnya lebih banyak dinikmati oleh orang-orang yang berada di luar daerah industri.
Kemudian, pembebasan tanah sangat menguntungkan pemilik tanah karena harganya naik. Namun, pembebasan tanah ini menjadi polemik di tengah masyarakat lantaran adanya ketidakpuasan. Keresahan ini tentu akan mengganggu salah satu tiang pembangunan berkelanjutan.
Sebenarnya, industrialisasi ini bukan sebuah masalah bagi generasi selanjutnya, asalkan pengertian pembangunan berkelanjutan dalam arti luas benar-benar direalisasikan. Namun, apakah terkurasnya sumber daya alam dapat digantikan dengan sumberdaya yang lain?
Hal itu tidak akan terjadi apabila tenaga kerja yang ada di Cilacap memiliki keterampilan. Lemahnya tingkat keterampilan dan pendidikan yang dimiliki oleh setiap individu tenaga kerja merupakan salah satu indikator ekonomi di suatu negara (Suparmoko, 2002).
Di samping itu, tidak sedikit pula penduduk setempat yang merasakan pencemaran udara dan air akibat hasil pengolahan industri. Jadi, manfaat eksternal sebenarnya lebih banyak dinikmati oleh orang-orang yang berada di luar daerah industri.
Kemudian, pembebasan tanah sangat menguntungkan pemilik tanah karena harganya naik. Namun, pembebasan tanah ini menjadi polemik di tengah masyarakat lantaran adanya ketidakpuasan. Keresahan ini tentu akan mengganggu salah satu tiang pembangunan berkelanjutan.
Sebenarnya, industrialisasi ini bukan sebuah masalah bagi generasi selanjutnya, asalkan pengertian pembangunan berkelanjutan dalam arti luas benar-benar direalisasikan. Namun, apakah terkurasnya sumber daya alam dapat digantikan dengan sumberdaya yang lain?
Hal ini justru yang dikhwatirkan oleh Thomas Robert Malthus yang hidup pada Abad ke-17, di mana dunia tidak akan mampu memberi makan penduduknya secara deret ukur. Ini akan terjawab setelah adanya kemajuan teknologi, transportasi, dan perdagangan.
Oleh sebab itu, untuk menjamin adanya pembangunan berkelanjutan harus dicari titik temu antara kebijakan pembangunan dan kebijakan lingkungan. Dengan begitu, pembangunan yang benar-benar menjamin peningkatan kesejahteraan manusia akan terjadi.