Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Keberadaan Uang di Tengah-tengah Masyarakat

Keberadaan Uang di Tengah-tengah Masyarakat

Ketika masuk ke sebuah restoran, Anda tentu akan melihat banyaknya makanan yang tersusun rapi dan baunya yang sedap sehingga makin terasa lapar. Setelah melahap habis makanannya, kemudian Anda berjalan menuju kasir untuk menghitung piring-piring kosong yang ada di atas meja.

Saat membayarnya, Anda menyerahkan beberapa lembar kertas yang dilengkapi dengan gambar-gambar orang terkenal. Apa pun cara yang Anda lakukan untuk membayar pelayanan tersebut, baik tunai maupun cek, pengelola restoran tetap dengan senang hati menerimanya.

Padahal, sebenarnya uang tersebut tidak mengandung nilai apa-apa, hanya selembar kertas yang siap dibakar kapan saja. Bagi orang-orang yang hidup di zaman perekonomian modern, kebiasaan sosial ini bukanlah sesuatu yang ganjil.

Walaupun lembaran uang kertas tidak memiliki nilai intrinsik, pengelola restoran tetap yakin bakal ada pihak ke tiga yang mau menerima lembaran kertas sebagai alat pembayaran. Selanjutnya, pihak ke tiga juga yakin akan ada pihak ke empat yang mau menerima lembaran kertas tersebut.

Bagi pengelola restoran, uang tunai atau cek melambangkan hak atas barang dan jasa tertentu di masa yang akan datang. Kebiasaan sosial menggunakan uang untuk melakukan berbagai transaksi sangatlah bermanfaat dalam masyarakat yang besar dan kompleks.

Jika tidak ada alat dalam perekonomian yang dapat diterima secara luas sebagai alat pembayaran, maka sistem barter masih akan tetap berlaku hingga sekarang ini. Misalnya, untuk mendapatkan makanan dari restoran, Anda harus menawarkan sesuatu yang nilainya sebanding kepada pengelola restoran.

Mungkin Anda bisa menawarkan diri untuk mencuci piring atau membersihkan mobil pemiliki restoran demi sepiring nasi. Sistem perekonomian yang mengandalkan sistem barter sangat sulit untuk mengalokasikan sumber-sumber dayanya dengan efisien.

Dalam perekonomian semacam itu, perdagangan mengharuskan adanya keinginan timbal balik yang terjadi secara kebetulan yang sulit terjadi. Oleh karena itu, keberadaan uang membuat perdagangan lebih mudah dilakukan (Mankiw, 2006).

Pengelola restoran tidak peduli apakah Anda bisa menghasilkan barang atau jasa yang bernilai baginya. Hal yang terpenting baginya adalah menerima uang dari Anda dengan keyakinan bahwa orang lain juga melakukan hal yang sama.

Kesepakatan inilah yang membuat perdagangan berlangsung secara terus-menerus. Pengelola restoran menerima uang dari Anda dan menggunakannya untuk membayar juru masak. Kemudian, juru masak menggunakan uang tersebut untuk membayar jasa guru les privat bagi anaknya.

Guru les privat lalu memanfaatkan sebagian dari pendapatannya untuk membeli beras di toko grosir yang Anda punya. Nah, uang yang mengalir dari satu orang ke orang yang lain dalam perekonomian memfasilitasi terjadinya produksi.

Dengan begitu, aliran uang tersebut memungkinkan tiap-tiap orang untuk berspesialisasi dalam keahliannya guna menghasilkan yang terbaik dan meningkatkan standar hidup semua orang. Demikianlah ulasan tentang keberadaan uang di tengah-tengah masyarakat.
Rizki Gusnandar
Rizki Gusnandar Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba, setidaknya satu kali lagi - Thomas A. Edison.