Kewiraswastaan di Negara Sedang Berkembang
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata di negara sedang berkembang memiliki semangat berdagang yang tidak kalah dengan negara maju. Hal ini seharusnya diperluas ke segala lini yang tidak hanya fokus pada bidang perdagangan dan jasa saja (Irawan, 2002).
Selama ini, negara sedang berkembang mengalami kekurangan wiraswasta di bidang industri manufaktur. Padahal, bidang tersebut sangat diperlukan bagi pembangunan ekonomi. Kekurangan ini terutama disebabkan oleh keadaan sosial kebudayaan dan politik.
Menurut Schumpeter, kurangnya semangat wiraswasta di bidang manufaktur disebabkan oleh iklim sosial. Jadi, semestinya kelas wiraswasta di negara belum maju mendalami terlebih dahulu pengetahuan tentang manajerial.
Inilah jalan satu-satunya untuk mengatasi iklim sosial tersebut. Peran manajer bagi sebuah perusahaan sangatlah vital untuk mengarahkan perusahaan ke jalur yang tepat ketika dihadapkan dengan ancaman-ancaman global.
Terkadang, perusahaan-perusahaan di negara belum maju hanya meniru saja pola perusahaan di negara maju tanpa melihat situasi dan kondisi di negera sendiri. Saat ini, segala sesuatu dapat berjalan dengan mudah, sehingga peran wiraswasta yang kreatif tidak lagi diutamakan.
Apa saja yang dibutuhkan bisa ditiru dari negara maju dan tidak lagi memikirkan bagaimana untuk menciptakannya sendiri. Proses tersebut harusnya disesuaikan dengan keadaan setempat, tidak bisa semudah itu dalam meniru.
Di negara maju, teknik yang digunakan bersifat labor saving (menghemat tenaga), sedangkan di negara belum maju bersifat capital saving (menghemat modal). Jika hal ini tidak diperhatikan, maka akan menimbulkan konflik dengan adat istiadat setempat (Suparmoko, 2002).
Jadi, apapun alasannya tetap saja kelas wiraswasta di negara belum maju harus dituntut lebih kreatif. Kesulitan-kesulitan seperti ini dapat diatasi dengan proses pendidikan dan memberi dorongan-dorongan materiil secara perlahan-lahan.