Inilah Dampak Buruk Inflasi bagi Industri Substitusi Impor
Tingkat laju inflasi di negara maju biasanya berkisar antara 0-10 persen atau juga dapat disebut dengan inflasi lunak. Sementara di negara yang sedang berkembang, rata-rata laju inflasinya melebihi 10 persen.
Inflasi di negara maju selalu denetralisirkan oleh banyaknya jumlah wiraswasta, sehingga inflasi dapat membawa pengaruh positif bagi negara yang bersangkutan. Keadaan ini justru berbanding terbalik dengan negara yang sedang berkembang, di mana jumlah wiraswastanya sangat kurang.
Dengan begitu, inflasi yang menerpa negara tersebut tidak diimbangi dengan penerapan investasi riil. Apa pun itu, tetap saja inflasi dipandang buruk dalam ilmu ekonomi karena sekali harganya naik, maka akan sulit untuk dikendalikan walaupun itu negara maju (Suparmoko, 2002).
Tidak hanya itu, inflasi juga menyebabkan rusaknya struktur harga. Rusaknya struktur harga merupakan suatu rintangan bagi pelaksanaan industrialisasi karena mesin-mesin yang diimpor tidak dapat digunakan segera, melainkan sebagai objek perdagangan saja.
Masih banyak lagi pengaruh buruk dari inflasi, di antaranya investasi dan konsumsi. Pengaruhnya bagi investasi adalah penerapan investasi spekulatif dan komersial semakin meningkat. Penyebabnya yaitu menurunnya daya beli masyarakat dan nilai mata uang, sehingga investasi riil sulit diimplementasikan.
Mengenai konsumsi, inflasi menimbulkan jurang kesenjangan tingkat konsumsi yang lebar antara golongan masyarakat yang kaya dan golongan masyarakat yang miskin. Hal ini sangat terasa di negara yang sedang berkembang.
Bagi masyarakat yang berpendapatan rendah, mereka semakin memusatkan konsumsinya pada kebutuhan pokok saja. Sebaliknya, bagi masyarakat yang kaya, mereka lebih mengutamakan konsumsinya pada barang lux dan semilux yang diimpor karena adanya efek pamer.
Oleh sebab itu, akibat buruk dari inflasi adalah bergesernya pola konsumsi ke arah barang-barang impor. Dengan adanya inflasi, pertumbuhan industri substitusi impor mengalami hambatan, mulai dari tabungan, investasi, hingga konsumsi.
Mengenai konsumsi, inflasi menimbulkan jurang kesenjangan tingkat konsumsi yang lebar antara golongan masyarakat yang kaya dan golongan masyarakat yang miskin. Hal ini sangat terasa di negara yang sedang berkembang.
Bagi masyarakat yang berpendapatan rendah, mereka semakin memusatkan konsumsinya pada kebutuhan pokok saja. Sebaliknya, bagi masyarakat yang kaya, mereka lebih mengutamakan konsumsinya pada barang lux dan semilux yang diimpor karena adanya efek pamer.
Oleh sebab itu, akibat buruk dari inflasi adalah bergesernya pola konsumsi ke arah barang-barang impor. Dengan adanya inflasi, pertumbuhan industri substitusi impor mengalami hambatan, mulai dari tabungan, investasi, hingga konsumsi.