Substitusi Impor di Bidang Industri dan Pertanian
1. Substitusi Impor di Bidang Industri
Pada umumnya, negara yang sedang berkembang memulai industri substitusi impor dengan membangun industri yang menghasilkan barang-barang konsumsi pokok. Alasannya yaitu karena pasar barang konsumsi lebih luas daripada pasar barang kapital (Irawan, 2002).
Lagi pula, tingkat teknologi yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang kapital lebih tinggi dari yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang konsumsi. Adapun tingkat teknologi yang tinggi ini masih langka di negara yang sedang berkembang (Suparmoko, 2002).
2. Substitusi Impor di Bidang Pertanian
Di samping substitusi impor di bidang industri, sering pula terjadi di bidang pertanian. Negara yang sedang berkembang biasanya menjadikan produksi pertanian sebagai target untuk menghasilkan devisa dan menghemat devisa.
Tentunya, itu semua tergantung pada usaha-usaha untuk mencapai swasembada (self sufficiency) pangan di bidang pertanian. Apabila swasembada di bidang pertanian telah tercapai, maka kebutuhan dalam negeri telah tercukupi sehingga tidak perlu lagi untuk mengimpor.
Selanjutnya, hasil tersebut dapat diekspor jika pasar dalam negeri sudah cukup terpenuhi. Namun, kenyataannya sekarang adalah sektor pertanian di negara yang sedang berkembang mengalami kekurangan.
Pastinya, hal itu akan menghambat pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, agar substitusi impornya berhasil, pemerintah harus memperhatikan fasilitas dan dorongan yang cukup untuk menggunakan metode-metode pertanian yang lebih baik, seperti adanya bibit unggul.