Persaingan Sempurna dan Efisiensi Alokatif
Situsekonomi.com - Suatu perusahaan dikatakan mencapai efisiensi alokatif apabila tingkat harga = biaya marjinal. Sukirno (1994: 402) mengatakan, "Dalam jangka panjang, setiap perusahaan dalam persaingan sempurna mencapai keadaan di mana harga = biaya marjinal." Apabila keadaan ini dicapai, maka kemakmuran masyarakat dalam pasar persaingan sempurna akan mencapai titik maksimum.
Sampai di mana baiknya tingkat kemakmuran yang dicapai dalam suatu pasar persaingan sempurna dapat diterangkan dengan menggunakan gambar di atas yang menunjukkan keadaan keseimbangan jangka panjang dalam pasar persaingan sempurna. Gambar (ii) menunjukkan keseimbangan pasar, dan gambar (i) mengilustrasikan keseimbangan dalam suatu perusahaan.
Keseimbangan di antara permintaan pasar (D) dengan penawaran pasar (S = ΣMC) berada di titik E dan harga di titik P. Pada tingkat harga ini, setiap perusahaan akan mendapat untung normal, seperti yang ditunjukkan oleh gambar (i).
Kemakmuran yang diperoleh oleh para konsumen diukur dengan cara membandingkan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut dengan harga-harga yang ingin dibayar oleh konsumen pada berbagai tingkat produksi. Gambar (ii) memperlihatkan antara jumlah produksi sebanyak 0 hingga Qs, harga yang bersedia dibayar oleh konsumen adalah antara A dengan P.
Namun demikian, harga yang sebenarnya wujud di pasar adalah P. Perbedaan di antara harga yang ingin dibayar oleh pembeli dan harga yang sebenarnya wujud di pasar dinamakan surplus konsumen dan dalam gambar (ii) surplus konsumen tersebut ditandai oleh segitiga APE (Sukirno, 1994: 403).
Besarnya kemakmuran yang dinikmati masyarakat ditentukan pula oleh surplus produsen. Yang diartikan dengan surplus produsen adalah perbedaan di antara biaya untuk memproduksikan barang dan harga pasar dari barang tersebut.
Berdasarkan pada gambar (ii), biaya untuk memproduksikan barang pada berbagai tingkat produksi ditunjukkan oleh S = ΣMC. Karena tingkat harga adalah P, maka surplus produsennya adalah segitiga PBE. Dengan demikian, segitiga ABE menggambarkan keseluruhan kemakmuran yang diperoleh pembeli dan penjual dalam kegiatan memrpoduksi barang tersebut.
Surplus konsumen dan surplus produsen jumlahnya paling maksimum apabila pasar barang adalah pasar persaingan sempurna. Hal ini dapat dibuktikan dengan membandingkan surplus konsumen dan produsen yang terdapat dalam persaingan sempurna dan monopoli.
Persaingan Sempurna dan Efisiensi Alokatif
Keseimbangan di antara permintaan pasar (D) dengan penawaran pasar (S = ΣMC) berada di titik E dan harga di titik P. Pada tingkat harga ini, setiap perusahaan akan mendapat untung normal, seperti yang ditunjukkan oleh gambar (i).
Kemakmuran yang diperoleh oleh para konsumen diukur dengan cara membandingkan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut dengan harga-harga yang ingin dibayar oleh konsumen pada berbagai tingkat produksi. Gambar (ii) memperlihatkan antara jumlah produksi sebanyak 0 hingga Qs, harga yang bersedia dibayar oleh konsumen adalah antara A dengan P.
Namun demikian, harga yang sebenarnya wujud di pasar adalah P. Perbedaan di antara harga yang ingin dibayar oleh pembeli dan harga yang sebenarnya wujud di pasar dinamakan surplus konsumen dan dalam gambar (ii) surplus konsumen tersebut ditandai oleh segitiga APE (Sukirno, 1994: 403).
Besarnya kemakmuran yang dinikmati masyarakat ditentukan pula oleh surplus produsen. Yang diartikan dengan surplus produsen adalah perbedaan di antara biaya untuk memproduksikan barang dan harga pasar dari barang tersebut.
Berdasarkan pada gambar (ii), biaya untuk memproduksikan barang pada berbagai tingkat produksi ditunjukkan oleh S = ΣMC. Karena tingkat harga adalah P, maka surplus produsennya adalah segitiga PBE. Dengan demikian, segitiga ABE menggambarkan keseluruhan kemakmuran yang diperoleh pembeli dan penjual dalam kegiatan memrpoduksi barang tersebut.
Surplus konsumen dan surplus produsen jumlahnya paling maksimum apabila pasar barang adalah pasar persaingan sempurna. Hal ini dapat dibuktikan dengan membandingkan surplus konsumen dan produsen yang terdapat dalam persaingan sempurna dan monopoli.
Surplus Konsumen dan Surplus Produsen
Mari kita perhatikan sejenak gambar di atas. Dimisalkan pada mulanya perusahaan-perusahaan dalam pasar adalah pasar persaingan sempurna. Kurva permintaan pasar adalah D dan kurva penawaran adalah S = ΣMC. Maka keseimbangan dicapai pada titik E.
Dalam keseimbangan ini, tingkat harga adalah Ps dan jumlah barang yang diperjualbelikan adalah Qs. Kawasan ABE menggambarkan gabungan surplus konsumen dan surplus produsen dalam persaingan sempurna tersebut.
Kemudian, kita misalkan bahwa perusahaan-perusahaan dalam pasar persaingan sempurna tersebut bersatu menjadi monopoli. Perubahan ini tidak akan mengubah permintaan di pasar, ia tetap ditunjukkan oleh kurva permintaan D (Sukirno, 1994: 404).
Tetapi sebagai monopoli, perusahaan-perusahaan tersebut dapat menentukan harga dan ini bergantung pada jumlah barang yang diproduksikan. Manakala kurva permintaan yang dihadapi monopoli adalah D, maka kurva hasil penjualan marjinalnya adalah MRm.
Berikutnya kita lihat pada titik C, biaya marjinal sama dengan hasil penjualan marjinal bagi monopoli. Ini mengindikasikan bahwa monopoli akan memaksimumkan keuntungan jika memproduksi sebanyak Qm. Pada tingkat produksi ini, harga yang ditetapkan adalah Pm.
BACA JUGA:
Pada keseimbangan ini, surplus konsumen dan surplus produsen adalah seperti yang ditunjukkan oleh ABCC1. Telah dijelaskan bahwa di pasar persaingan sempurna, surplus konsumen dan surplus produsen adalah sebanyak seperti yang digambarkan oleh kawasan ABE. Karena ABE lebih besar dari ABCC1, maka dapatlah disimpulkan bahwa kemakmuran yang dinikmati oleh masyarakat lebih besar dalam persaingan sempurna jika dibandingkan dengan monopoli.