Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kondisi Perkebunan Aceh Dewasa Ini

Situsekonomi.com - Aceh merupakan suatu wilayah yang cukup potensial untuk dikembangkan perkebunan berbagai komoditi ekspor non migas. Mengingat potensi pasar terhadap komoditi ini sangat baik pada masa yang akan datang (Syechalad, 2009: 61).

Sektor non migas di Aceh harus mampu menciptakan suatu kondisi keunggulan komperatif yang tetap. Teknologi juga perlu dikembangkan demi untuk meningkatkan permintaan barang-barang produk pertanian, akibat dari adanya pertumbuhan penduduk sebagai sumber tenaga kerja secara berkelanjutan.

Tantangan peningkatan produksi perkebunan harus berkembang dengan skala usaha. Dewasa ini, usaha untuk meningkatkan produk sektor non migas di Aceh masih kurang dan masih diusahakan pada luas lahan yang sempit dan terbatas.

Beberapa upaya telah dilaksanakan dalam meningkatkan aktivitas perkebunan antara lain Perkebunan Inti Rakyat (PIR) atau Neuclens Estate and Smallholding (NES) di Provinsi Aceh. Perkebunan ini juga di samping meningkatkan pendapatan petani, juga dapat meningkatkan tenaga kerja di sektor perkebunan.

Prospek perkebunan di kawasan Serambi Mekkah (julukan Provinsi Aceh) ini sangat baik untuk dikembangkan karena digadang-gadang dapat menyelesaikan masalah tenaga kerja. Selain itu juga dapat menciptakan unit-unit pembangunan ekonomi secara wilayah, terutama kepada masyarakat tani yang dapat memproduksi barang-barang ekspor non migas antara lain: karet, kelapa sawit, coklat dan sebagainya.

Kehutanan

Aceh memiliki lahan hutan sekitar 4.477.900 Ha (78%) dari luas wilayah dengan tipe hutan tropis basah (tropical rain florest). Adapun komposisi lahan hutan Provinsi Aceh dapat dilihat pada tabel berikut:

Komposisi Lahan Hutan di Aceh
Komposisi Lahan Hutan di Aceh
Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Aceh, 2008

Berdasarkan tabel di atas, kita dapat melihat bahwa kawasan hutan tropis sangat produktif untuk dikembangkan mengingat luasnya areal yang tersedia. Ini pastinya akan berkontribusi terhadap sumber PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) daerah secara baik. Bila hasil hutan ini akan diolah, maka hasilnya dapat diekspor dalam bentuk barang jadi ke pasar internasional (Syechalad, 2009: 62).

Meskipun demikian, menurut pengalaman selama ini, sumber kekayaan hutan yang ada di Aceh kurang mendapat pengawasan yang layak, baik di pihak swasta maupun pemerintah, di mana hutan merupakan sumber kehidupan masyarakat Aceh secara keseluruhannya. Tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah hutan negara bebas yang dapat digunakan untuk kepentingan pendapatan daerah adalah seluas 1.002.890 Ha.

Potensi Aceh

Jika menilik dari potensi yang ada, sepintas kita mengetahui bahwa Aceh terletak di ujung barat Pulau Sumatera dan merupakan bagian yang paling besar di kepulauan Indonesia. Berdasarkan hal itu, potensi perkebunan untuk komoditas ekspor yang masih dapat dikembangkan hingga saat ini adalah: Kabupaten Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh Tengah, Aceh Tenggara dan Aceh Timur. Mengingat wilayah-wilayah yang produktif dari setiap kabupaten yang disebutkan sangat luas, walaupun sebagian dari luas arealnya sudah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan swasta (HPH), tetapi masih banyak yang belum diusahakan.

BACA JUGA:

Pola pengembangan ke arah ini diharapkan akan tumbuh, sehingga perkebunan besar dan menengah dapat berkembang. Petani dapat mengepakkan sayapnya serta peternakan dan perikanan juga dapat menjaga batas-batas produktivitas yang tinggi. Di samping itu, sektor pembangunan industri, terutama untuk mengolah hasil pertanian, dapat dilanjutkan dan dikembangkan di kawasan-kawasan tertentu (Syechalad, 2009: 63).
Rizki Gusnandar
Rizki Gusnandar Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba, setidaknya satu kali lagi - Thomas A. Edison.