Produksi Hasil Pertanian Tanaman Pangan Aceh
Provinsi Aceh didominasi oleh hasil-hasil pertanian, baik bahan makanan maupun hasil perkebunan. Hasil peternakan juga berlimpah ruah di daerah yang subur akan tanahnya ini, seperti daging sapi, kambing, dan sebagainya (Syechalad, 2009).
Selain itu, daerah Serambi Makkah (julukan Provinsi Aceh) ini pun terdapat hasil perikanan, baik darat (budi daya) ataupun laut berupa ikan dan udang. Itu belum lagi ditambah dengan hasil hutan yang berupa kayu dan rotan.
Dari sekian banyak yang dapat dihasilkan oleh provinsi ini, hanya satu yang paling menarik perhatian untuk dijadikan sebagai bahasan yaitu tanaman pangan. Oleh karena itu, mari disimak bagaimana kondisi tanaman pangan di Provinsi Aceh sepanjang tahun 2016-2017.
Sebagai salah satu jenis tanaman pangan, luas areal tanaman padi di Aceh sebesar 439.373 Ha dengan luas panen 420.770 Ha. Produksi bahan makanan penting lainnya yang dihasilkan di daerah ini adalah jagung, kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau), serta ketela (pohon dan rambat).
Luas Tanaman dan Panen Bahan Makanan Pokok
Provinsi Aceh, 2016 - 2017
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh
Apabila diamati perbandingannya antara tahun 2016 dan 2017, maka terlihat jelas bahwa luas tanaman padi kian bertambah dari yang awalnya hanya 439.373 Ha menjadi 454.917 Ha. Pertambahan ini mempengaruhi luas panen yang awalnya 420.770 Ha menjadi 464.543 Ha.
Luas panen ini mencerminkan hasil produksi. Jika luas panennya bertambah, maka hasil produksinya ikut bertambah pula. Tentunya, ini sangat positif sekali bagi jenis tanaman padi. Demikian juga bagi tanaman jagung yang luas tanamannya kian mengembang.
Tabel di atas menunjukkan bahwa luas tanaman jagung pada tahun 2016 sebesar 73.851 Ha dengan luas panen 70.024 Ha. Setahun kemudian, jumlah tersebut membesar menjadi 93.546 Ha dan diikuti dengan membengkaknya luas panen yang diperoleh yakni 81.552 Ha.
Hal tersebut juga dinyatakan positif. Sejauh ini dapat disimpulkan bahwa target swasembada pemerintah berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pemerintah telah memperluas lahan pertanian untuk jenis tanaman padi dan jagung di Aceh.
Berkat hal tersebut, lahan panennya juga bertamabah seperti yang baru saja dikaji. Lanjut ke jenis tanaman kacang kedelai, ini tampak berbeda dari yang sebelumnya menurut angka-angka yang telah dicantumkan.
Perbedaan tersebut terletak pada luas tanaman, di mana luas tanamannya menyempit dari 16.920 Ha pada tahun 2016 menjadi 10.025 Ha pada tahun 2017. Berdasarkan asumsi yang digunakan, semakin besar luas lahan tanaman semakin besar pula panen yang dihasilkan oleh para petani.
Baca Juga: Contoh Bisnis Plan Digital Marketing
Nah, hal ini mengindikasikan bahwa luas panen untuk jenis tanaman kacang kedelai juga turut ikut mengecil, yakni dari 14.559 Ha (2016) berkurang menjadi 4.436 Ha (2017). Jumlah tersebut tentunya sangat jauh sekali perbandingannya.
Dengan demikian, permasalahan ini dapat diikhtisarkan bahwa adanya pengalihfungsian lahan oleh para petani kacang kedelai. Nah, kira-kira apa yang menyebabkan hal ini terjadi? Tentu saja penyebab utamanya adalah urbanisasi yang sulit dihilangkan.
Perpindahan penduduk dari desa ke kota diduga sebagai penyebab turunnya produktivitas pertanian di Aceh. Hizkia Respatiadi mengatakan, "Semakin berkurangnya jumlah petani yang memilih merantau demi mencari pekerjaan baru mempengaruhi tinggi rendahnya produksi komoditas pangan."
Adapun salah satu penyebab urbanisasi adalah keinginan untuk mencari penghidupan yang layak di kota karena pendapatan mereka sebagai petani tidak mampu mencukupi kebutuhan. Mengenai jenis tanaman kacang tanah, asumsi di atas tidak bisa digunakan.
Sebab, luas lahan panennya mengalami penambahan (1.864 Ha) di saat lahan tanamannya menyusut kecil dari 1.836 Ha pada tahun 2016 menjadi 1.756 Ha pada tahun 2017. Biasanya, ini terjadi karena penggunaan pupuk yang berkualitas dan pengaplikasian teknologi yang baik pula oleh para petani.
Baca Juga: Penggaris Online dalam Bentuk Aplikasi
Secara garis besar, produktivitas tidak hanya dilihat dari luas lahannya tetapi juga dari cara menggunakan teknologi yang baik. Nah, itu semua tergantung pada edukasi. Jadi, pemerintah harus memberikan edukasi untuk peningkatan kapasitas para petani dan juga penguasaan teknologi pertanian.