Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

5 Tips Manajemen Keuangan Bisnis

5 Tips Manajemen Keuangan Bisnis

Pengelolaan keuangan bisnis lebih dari sekedar penting! Mengapa dikatakan demikian? Karena sebesar apapun bisnis Anda kalau keuangannya amburadul maka bisnis tersebut akan berkemungkinan bangkrut. Meskipun keuangan bisnis Anda terlihat mencukupi bahkan lebih, bukan berarti Anda bisa semudah itu menghabisinya.

Untuk menghindari ancaman kebangkrutan pada bisnis Anda, maka setiap pengeluaran yang akan dilakukan harus diperhitungkan terlebih dahulu. Usahakan untuk tidak mengeluarkan terlalu banyak uang namun tetap siap untuk segala keperluan.

Dengan manajemen keuangan yang baik, tentunya perusahaan akan mampu berjalan lebih lancar. Manajemen keuangan yang baik juga akan membantu Anda untuk mengetahui kondisi perusahaan tentang seberapa efektif keuangan perusahaan dan bagaimana kondisi perusahaan di masa depan. Lantas, bagiamana caranya agar kita bisa mengelola keuangan bisnis dengan baik?

1. Kuasai Dasar-dasar Akuntansi

Lucas Paciolo menemukan sistem ajaib pembukuan dua sisi. Sistem itu dinamakan akunting. Dengan metode akunting yang benar, seorang pemilik usaha bisa tahu persis berapa penjualannya, laba atau ruginya, asetnya, utangnya, dan sebagainya. Data itu dianalisis lebih lanjut untuk memberi informasi vital tentang kesehatan perusahaan.


Dari informasi akuntansi, data kunci yang harus diketahui oleh owner adalah aset, ekuitas, utang, penjualan, biaya, dan laba. Data itu harus dibandingkan dengan data historis alias pencapaian di masa lalu. Kemudian dianalisis pertumbuhannya, apakah positif atau negatif. Kalau perlu, bandingkan data yang kita punya dengan kinerja rata-rata industri.

2. Gunakan Pembukuan yang Benar

Banyak orang mengasumsikan bahwa pembukuan yang benar adalah pembukuan yang teliti. Seluruh pendapatan dan biaya harus dicatat. Dokumen-dokumen serta bukti transaksi disimpan. Betul, itulah pembukuan yang benar. Itu saja belum cukup. Pembukuan seperti itu hanya merekam arus kas, belum akunting secara keseluruhan (Tanuwidjaja, 2016).

Menggunakan pembukuan yang benar berarti mencatat segala pendapatan dan biaya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, sehingga data mengenai laba atau rugi tidak menyesatkan. Ini berbahaya karena banyak perusahaan yang seolah-olah rugi tapi ternyata laba, atau seakan-akan menguntungkan tetapi merugi terus. Kalau pengambil keputusan tidak tahu persis laba-ruginya, maka kebijakan-kebijakan yang diambil pun bisa salah dan berakibat fatal.

3. Pahami Struktur Pendapatan dan Biaya

Ketika perusahaan sudah running, sangat penting bagi kita untuk memahami struktur pendapatan dan biaya. Sebab, dua variabel ini merupakan kunci, apakah perusahaan dapat tumbuh berkembang atau justru kehabisan modal dan akhirnya terpaksa tutup. Aspek-aspek yang tercakup adalah penjualan kotor, harga pokok, penjualan bersih, biaya operasional, dan laba bersih sebelum pajak.


Penjualan kotor merupakan keseluruhan penjualan, baik yang bersifat tunai maupun nontunai. Harga pokok merupakan harga pembelian dari barang yang terjual. Beban transportasi ketika membeli barang dagang dimasukkan ke dalam harga pokok.

Persediaan merupakan stok barang dagangan yang akan dijual untuk menghasilkan uang. Penjualan bersih, yaitu selisih antara penjualan kotor dikurangi harga pokok. Para pengusaha yang tidak memahami akunting sering menghabiskan uang hasil penjualan kotornya untuk keperluan konsumsi. Kalau itu terjadi, berarti pengusaha tersebut mengurangi modalnya.

Kemudian biaya operasional, yaitu biaya-biaya yang muncul karena aktivitas usaha, seperti gaji karyawan, rekening telepon dan listrik, biaya promosi, biaya sewa, dan lain-lain. Laba bersih sebelum pajak merupakan selisih antara laba bersih dikurangi biaya operasional.

4. Maksimalkan Daya Ungkit

Sebuah pengungkit bisa memindahkan sebuah batu besar. Padahal, pengungkit itu ukurannya jauh lebih kecil dari batu yang dipindahkannya. Inilah hebatnya daya ungkit, seperti dongkrak kecil yang bisa mengangkat beban seberat mobil.

Daya ungkit sebuah bisnis adalah laba bersih (net profit margin). Persentase margin laba terhadap penjualan mencerminkan berapa persen laba dari setiap penjualan satu rupiah. Bandingkan dengan modal Anda, maka akan didapat angka yang menunjukkan skala kelipatan modal, dari satu rupiah menjadi sekian rupiah.

Bisnis yang sukses biasanya mampu melipatgandakan modal. Laba bersihlah yang memungkinkan itu terjadi. Sebaliknya, kerugian akan menggerogoti modal. Lambat laun, modal akan habis, utang melebihi aset, dan perusahaan itu secara teknis sudah bangkrut.

5. Hitung Biaya yang Tidak Kelihatan

Kebanyakan pengusaha hanya menghitung arus kas saja. Mereka mencatat uang masuk dan uang keluar. Kemudian menganggap sisanya (saldo) adalah laba. Padahal, banyak biaya tidak kelihatan yang harus tetap diperhitungkan, misalnya biaya penyusutan atau depresiasi, kerugian yang muncul akibat penurunan kualitas stok persediaan, rugi karena penurunan harga stok persediaan, biaya sewa yang sebelumnya telah dibayar di muka, dan biaya asuransi kendaraan bermotor. Misalkan, seseorang menimbun gabah 10 ton, biaya yang muncul bukan hanya beban sewa gudang dan pemeliharaannya, tetapi juga menyusutnya volume gabah yang ditimbun.

Semua itu adalah biaya yang hanya bisa dihitung dengan tepat menggunakan metode akunting yang benar. Sementara biaya tidak kelihatan yang juga penting, tetapi tidak masuk dalam laporan laba-rugi, adalah opportunity cost. Pada dasarnya, opportunity cost adalah hilangnya kesempatan untuk meraih laba karena kita salah mengambil keputusan atau salah memilih.

Penutup

Itulah pembahasan kita mengenai 5 tips manajemen keuangan bisnis. Bagi Anda yang masih pemula, ini sangatlah penting untuk diperhatikan karena jika Anda salah dalam menghitungnya maka risikonya tidaklah kecil. Untuk itu, pelajarilah hal ini, baik melalui internet ataupun belajar dengan orang yang sudah berpengalaman.
Rizki Gusnandar
Rizki Gusnandar Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba, setidaknya satu kali lagi - Thomas A. Edison.