Sikap Pelaku Bisnis Pasca Ekspansi
Situsekonomi.com - Saya yakin setiap pengusaha bercita-cita ingin mengekspansikan bisnisnya semampu mungkin. Ekspansi atau perluasan bisnis memang diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mencapai efisiensi, menjadi kompetitif, serta untuk meningkatkan keuntungan atau profit perusahaan.
Nah, bagi Anda yang telah melakukan ekspansi bisnis saya ucapkan selamat dan semoga sukses. Namun, Anda yang mengendarai perusahaan tersebut jangan sampai terlena dibuai dunia karena kita tidak tahu apa saja rintangan yang ada di depan sana.
Layaknya berkendara di jalan raya, kita tidak dapat menjamin 100 persen berkendara dalam keadaan aman. Begitu juga setelah kita melakukan ekspansi, kita tidak bisa menjamin perusahaan yang bertumbuh pesat tersebut dapat bertahan dalam beberapa tahun mendatang. Pada intinya, kita harus tetap waspada atas ancaman ataupun bencana yang menghampiri megahnya istana kerajaan bisnis kita tersebut.
Untuk itu, saya berniat untuk membagi informasi yang saya kira ini lebih spesifik ke pelaku bisnis yang sudah melakukan ekspansi bisnisnya. Namun, tidak ada salahnya bagi pemula yang ikutan nguping obrolan yang sangat bermanfaat ini, yakni 5 sikap pelaku bisnis pasca ekspansi.
1. Jaga Keseimbangan Cashflow vs Pertumbuhan
Selalu ada benturan antara cashflow dan pertumbuhan. Jika kita mengejar pertumbuhan tinggi, biasanya diperlukan dana besar. Yang terpenting adalah menjaga keseimbangan agar pertumbuhan yang ingin dicapai masih dalam jangkauan keuangan yang ada, sehingga perusahaan tidak terjebak dalam masalah keuangan atau krisis likuiditas.
Kadang-kadang perusahaan perlu dana segar. Dalam situasi itu, mungkin orientasinya bukan lagi pada pertumbuhan, melainkan saldo kas atau surplus. Tapi dalam situasi lain, perusahaan memiliki surplus dana berlimpah. Akan rugi juga kalau surplus dana yang melimpah itu dibiarkan menganggur. Manajemen harus jeli dalam mempertimbangkan pilihan antara cashflow dan pertumbuhan.
2. Pahami Pola Pertumbuhan
Setiap entrepreneur menginginkan pertumbuhan tinggi dalam jangka panjang terus-menerus. Ini hasrat yang wajar dan manusiawi. Yang perlu dilakukan adalah mengenali batas-batas di mana pertumbuhan yang wajar dan sehat.
Ada perusahaan yang mampu mencapai pertumbuhan tinggi setiap tahun. Ada juga yang kadang-kadang penjualannya naik, kadang-kadang turun. Dan juga ada perusahaan yang sulit sekali menaikkan omzet penjualannya.
Sebaiknya kita memahami pola pertumbuhan perusahaan kita. Sulitnya menaikkan penjualan mungkin disebabkan oleh hambatan-hambatan yang bersifat struktural di dalam perusahaan. Mungkin juga disebabkan oleh situasi pasar yang tidak kondusif. Intinya, kita harus memahami pola pertumbuhan perusahaan kita, dan mampu mengenali sungguh-sungguh apa penyebabnya.
3. Sikapi Kemunduran atau Kerugian secara Positif
Kadang-kadang penjualan menurun, terkadang juga market share menciut. Jangan panik menghadapi situasi ini. Sikapi kemunduran atau kerugian secara positif. Di balik sesuatu yang buruk, pasti ada sebuah peluang. Di balik setiap kesulitan, senantiasa ada hikmah di baliknya.
Jangan bersikap reaktif menghadapi kemunduran. Kemampuan menyikapi kemunduran atau kerugian secara positif sangatlah penting untuk membalikkan situasi. Berpikirlah positif, terus mencari peluangnya, dan jangan pernah berhenti berusaha.
4. Sikapi Pertumbuhan secara Kritis
Kadang-kadang kita sangat antusias karena permintaan terhadap produk ternyata jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan. Tapi kita mesti menyikapi ini secara kritis. Apakah permintaan itu riil? Apakah mencerminkan kebutuhan yang sesungguhnya? Atau hanya permintaan siklikal yang terjadi hanya pada waktu-waktu tertentu? Pertumbuhan yang terukur itu baik. Artinya, pertumbuhan yang ditopang dengan keberlangsungan pasar, modal kerja yang cukup, potensi pasar yang memadai, serta manajemen yang baik.
Pertumbuhan jelas sangat bermanfaat. Tanpa pertumbuhan, perusahaan tidak bisa besar. Pertumbuhan yang tak terkendali itu bisa membawa usaha ke jurang kehancuran. Bahaya pertumbuhan bagi usaha adalah: cashflow (karena fixed cost meningkat tajam), tidak efisien, kadang-kadang harus menyuntikkan modal baru, ujung-ujungnya utang bisa meningkat tajam.
5. Investasikan Surplus dengan Benar
Usaha yang berjalan baik biasanya menghasilkan laba atau surplus. Agar perusahaan tetap tumbuh berkembang, sebaiknya surplus atau laba diinvestasikan ulang sehingga menjadi produktif. Bentuk-bentuk penginvestasian ulang (re-investasi) ini sangat beragam. Bisa diakumulasikan untuk memperbesar usaha, bisa juga ditanam dalam bentuk investasi lain. Bentuk-bentuk investasi lain adalah deposito, properti, saham, emas, dan lain-lain. Bisa juga untuk membuka usaha di bidang lain.
Intinya, sebagian besar laba perusahaan diputar lagi sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang lebih besar lagi di masa depan. Kesalahan dalam memutarkan surplus bisa berakibat fatal berupa kerugian. Oleh karena itu, banyak yang menggunakan jasa profesional untuk merancang portofolio investasi.
BACA JUGA:
- Deret Maclaurin dari Fungsi Polinom
- Setingkat Caribou Coffee Saja Memiliki Misi
- Bisnis: Cara Memperluas Pangsa Pasar Anda ke Luar Negeri
Itulah pembahasan kita mengenai sikap pelaku bisnis pasca ekspansi. Semoga informasi ini memberikan manfaat buat Anda yang menjalani perluasan bisnis. Ritme pertumbuhan itu memang harus dijaga, jangan karena kitanya yang sudah besar kemudian malah meremehkan yang kecil-kecil ini.