Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

4 Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis

Pengambilan keputusan yang beretika merupakan salah satu pembahasan yang banyak dibahas oleh berbagai pihak. Masing-masing mengemukakan tentang bagaimana cara mengidentifikasi atau melakukan penilaian, apakah keputusan tersebut merupakan keputusan yang beretika atau tidak.

Suatu keputusan dianggap etis jika mendatangkan konsekuensi berupa manfaat, sesuai dengan hak dan kewajiban, bersifat adil, serta memiliki motivasi atau harapan terhadap nilai keutamaan. Dalam hal ini, peran stakeholders dan shareholders menjadi cukup penting (Mary, 2014).

Upaya untuk merubah cara pandang shareholders dan stakeholders agar tidak hanya fokus pada profit selalu dilakukan demi mewujudkan pengambilan keputusan yang beretika dalam bisnis. Syarat mendasar yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan yang beretika yaitu selalu:
  • berusaha mengakomodasi kepentingan (well-offness);
  • mempertimbangkan distribusi yang adil antara beban dan keuntungan (fairness); dan
  • memperhatikan hak (right).

Pendekatan pengambilan keputusan etis bisa dilakukan berdasarkan teori etika maupun dengan pendekatan lain dan dapat dirumuskan dengan batasan-batasan tertentu. Menurut Brooks (2006), batasan-batasan mengenai pendekatan pengambilan keputusan etis adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Filosofi

Filosofis adalah kerangka dalam berpikir kritis untuk mencari solusi dalam berbagai masalah. Jika pemikirannya tidak kritis, maka tidak termasuk ke dalam pemikiran filosofis. Mengenai kaitannya dengan pengambilan keputusan etis, berikut ini adalah penjelasan selengkapnya:


a. Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teologi

Paham ini berpegang pada prinsip, di mana suatu tindakan dikatakan benar secara moral apabila konsekuensi yang menguntungkan lebih besar daripada konsekuensi yang merugikan. Oleh karena itu, penganut ideologi ini meyakini bahwa tindakan yang benar secara moral adalah tindakan yang baik.

b. Deontologi

Deontologi berfokus pada kewajiban dan tanggung jawab dalam memotivasi suatu keputusan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan sangat penting bagi profesional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan dapat memenuhi kewajibannya (Sunyoto, 2016).

c. Etika Kebajikan

Etika kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter moral yang ditunjukkan oleh pengambil keputusan. Pertama, asumsi bahwa semua pemegang saham hanya ingin memaksimalkan keuntungan jangka pendek yang mana ini merupakan fokus yang terlalu sempit.

Kedua, hak dan tuntutan kelompok-kelompok nonpemegang saham harus menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Pengambilan keputusan harus dapat mengonsolidasikan kepentingan para pihak ke dalam tiga kepentingan yang umum atau mendasar, yaitu:
  • kepentingan mereka seharusnya menjadi lebih baik sebagai hasil dari keputusan;
  • keputusan tersebut seharusnya menghasilkan pembagian yang adil dalam keuntungan dan beban;
  • keputusan tersebut seharusnya tidak menyinggung hak para pemangku kepentingan.

2. Pendekatan Lima Pertanyaan

Pendekatan lima pertanyaan merupakan pendekatan etis komprehensif yang dikembangkan oleh Graham Tucker dalam pengambilan keputusan. Pertanyaan yang terkandung di dalam pendekatan ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:


Pendekatan 5 Pertanyaan

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang cukup komprehensif karena melibatkan berbagai kelompok kepentingan. Pendekatan ini penting dilakukan untuk menghindari monopoli tujuan aktivitas bisnis yang hanya memprioritaskan pada maksimalisasi keuntungan.

3. Pendekatan Standar Moral

Pendekatan standar moral dibangun oleh Velasquez untuk menganalisis dampak stakeholder yang dibangun langsung pada tiga kepentingan mendasar dari stakeholder itu sendiri. Ilustrasi dari pendekatan ini dapat dilihat dalam diagram berikut ini:

Pendekatan Standar Moral

Pendekatan ini memandu para pengambil keputusan untuk melakukan analisis yang lebih luas berdasarkan keuntungan bersih. Pendekatan ini menawarkan sebuah kerangka yang lebih cocok untuk pertimbangan keputusan daripada kerangka kerja lima pertanyaan.


4. Pendekatan Pastin

Pastin (1986) menggunakan konsep etika aturan dasar untuk mengungkapkan gagasan bahwa individu dan organisasi memiliki nilai-nilai fundamental yang mengatur perilaku mereka. Pendekatan Pastin dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Pendekatan Pastin

Demikianlah pembahasan tentang 4 pendekatan pengambilan keputusan etis. Keempat pendekatan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan pengambilan keputusan yang beretika.
Rizki Gusnandar
Rizki Gusnandar Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba, setidaknya satu kali lagi - Thomas A. Edison.