Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Etika Perilaku Karyawan

Etika Perilaku Karyawan

Situsekonomi.com - Perilaku etis dapat menentukan kualitas karyawan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diperoleh dari luar yang kemudian menjadi prinsip yang dijalani dalam bentuk perilaku. Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Pengaruh Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi yang lain. Dengan demikian,budaya organisasi adalah nilai yang dirasakan bersama oleh anggota organisasi yang diwujudkan dalam bentuk sikap perilaku pada organisasi.

2. Kondisi Politik
Kondisi politik merupakan rangkaian asas atau prinsip, keadaan, jalan, cara atau alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan. Pencapaian itu dipengaruhi oleh perilaku-perilaku insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya.

3. Perekonomian Global
Perekonomian global merupakan kajian tentang pengurusan sumber daya material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Perekonomian global merupakan suatu ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan atau distribusi.

Menetapkan Standar Etika yang Tinggi

Sebagian besar perusahaan memiliki kode etik untuk mendorong para karyawan berperilaku secara etis. Namun, kode etik saja belum cukup sehingga pihak pemilik dan manajer perusahaan harus menetapkan standar etika yang tinggi agar tercipta lingkungan pengendalian yang efektif dan efisien. Pendekatan paling umum untuk membentuk komitmen manajemen puncak terhadap praktik bisnis yang etis, (Ronald J. Ebert, 2006) adalah:

1. Menetapkan Kode Etik Tertulis
Banyak perusahaan menuliskan kode etik tertulis yang secara formal menyatakan keinginan mereka melakukan bisnis dengan perilaku yang etis. Jumlah perusahaan yang seperti itu meningkat secara pesat dalam kurun waktu tiga dasawarsa terakhir ini, dan kini hampir semua korporasi besar telah memiliki kode etik tertulis.

2. Memberlakukan Program Etika
Banyak contoh mengemukakan bahwa tanggapan etis dapat dipelajari berdasarkan pengalaman. Sebagian besar analis setuju bahwa walaupun sekolah-sekolah bisnis harus tetap mengajarkan masalah-masalah etika di lingkungan kerja, perusahaanlah yang bertanggung jawab penuh dalam mendidik karyawannya.

Kewajiban Karyawan terhadap Perusahaan

Perlu dipahami, karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus semaksimal mungkin mempertahankan karyawannya.

Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-hari maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan ke dalam manajemen korporasi. Secara umum, menurut Velasquez (2005) kewajiban karyawan digolongkan menjadi:

1. Kewajiban Ketaatan
Dalam kewajiban ketaatan, karyawan harus taat kepada atasannya di perusahaan. Namun, ada pengecualian terhadap kewajiban ketaatan, misalnya: perintah melakukan hal yang tidak bermoral, seperti membunuh, melanggar hukum, kolusi, korupsi, dan nepotisme.

2. Kewajiban Konfidensialitas
Kewajiban ini adalah kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat konfidensial atau rahasia yang telah diperoleh dengan menjalankan suatu profesi. Kewajiban ini tidak hanya berlaku selama karyawan bekerja di perusahaan tetapi berlangsung terus setelah ia pindah kerja.

Kewajiban ini menjadi lebih aktual ketika karyawan tersebut pindah kerja di perusahaan baru yang bergerak di bidang yang sama. Contohnya adalah seorang akuntan, ia tidak boleh membocorkan kondisi finansial perusahaan lama ke perusahaan baru. Kewajiban konfidensialitas ini terbatas pada informasi perusahaan.

3. Kewajiban Loyalitas
Kewajiban loyalitas adalah konsekuensi dari status seseorang sebagai keryawan perusahaan ia harus mendukung tujuan-tujuan perusahaan dan turut merealisasikan tujuan tersebut. Karyawan ‘kutu loncat’ atau yang sering berpindah kerja dengan tujuan mendapatkan gaji yang lebih tinggi dianggap kurang loyal karena hanya mengutamakan materi saja.

4. Kewajiban Melaporkan Kesalahan Perusahaan (Whistle Blowing)
Whistle blowing adalah masalah etis yang tidak menguntungkan bagi perusahaan ataupun pelaku bisnis dan akan membawa banyak kerugian secara materil maupun moril. Namun, di beberapa negara ada kode etik profesi, misalnya kode etik insinyur yang secara tidak langsung menganjurkan whistle blowing dengan ketentuan bahwa keamanan dan keselamatan masyarakat harus ditempatkan di atas segalanya.

Ada juga negara yang melindungi para whistle-blowers melalui jalur hukum, seperti Inggris dengan undang-undang yang disebut The Public Interest Disclosure Act (1998). Pelaporan bisa dibenarkan secara moral, bila lima syarat berikut terpenuhi:
  • Kesalahan perusahaan harus nyata (menyebabkan kerugian pihak ketiga, terjadi pelanggaran hak-hak asasi manusia, dan kegiatan yang dilakukan perusahaan bertentangan dengan tujuan perusahaan);
  • Pelaporan harus didukung oleh fakta yang jelas dan benar;
  • Pelaporan harus dilakukan semata-mata untuk mencegah terjadinya kerugian bagi pihak ketiga, bukan karena motif lain.
  • Terlebih dahulu melakukan penyelesaian masalah secara internal sebelum kesalahan perusahaan di bawa ke luar;
  • Harus ada kemungkinan nyata bahwa pelaporan kesalahan akan mendapatkan keberhasilan.

BACA JUGA:

Penutup

Paparan tentang etika perilaku berbagai pemangku kepentingan dalam perusahaan merupakan upaya untuk mewujudkan perusahaan sebagai entitas yang menjunjung tinggi etika bisnis sesuai dengan perannya masing-masing. Diharapkan, dengan melakukan klasifikasi terhadap masing-masing kedudukan dalam bisnis, pembaca memiliki gambaran tentang peran dan pedoman masing-masing pelaku bisnis untuk bersama-sama membangun bisnis yang beretika.
Rizki Gusnandar
Rizki Gusnandar Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba, setidaknya satu kali lagi - Thomas A. Edison.