Perbedaan antara Suku Bunga Nominal dan Suku Bunga Riil
Mengoreksi variabel-variabel ekonomi terhadap inflasi merupakan suatu hal yang penting dan agak sedikit rumit apabila dilihat dari data suku bunga. Ketika menyimpan uang dalam sebuah rekening bank, Anda akan memperoleh bunga.
Sebaliknya, ketika menarik pinjaman dari bank untuk memenuhi suatu kebutuhan, Anda harus membayar bunga. Suku bunga adalah sebuah pembayaran di masa yang akan datang atas perpindahan uang di masa lampau.
Akibatnya, suku bunga selalu melibatkan perbandingan jumlah uang pada waktu yang berbeda. Agar lebih mudah memahaminya, Anda perlu mengetahui bagaimana melakukan koreksi terhadap dampak inflasi.
Sebagai contoh, anggaplah bahwa Sinta menyimpan uang sebesar Rp14.000.000 di sebuah bank yang menawarkan tingkat suku bunga enam persen per tahun. Setelah satu tahun, Sinta memperoleh bunga sebesar Rp840.000.
Kemudian, Sinta mengambil seluruh simpanannya yang kini berjumlah Rp14.840.000. Pertanyaannya yaitu apakah Sinta sekarang lebih kaya Rp840.000 daripada sebelumnya? Jawabannya tergantung pada apa yang dimaksud dengan istilah "lebih kaya".
Sinta memang memiliki Rp840.000 lebih banyak daripada sebelumnya. Dengan kata lain, jumlah uangnya naik enam persen. Namun, jika harga barang dan jasa naik pada saat yang bersamaan, maka daya beli Sinta tidak meningkat sebanyak enam persen.
Jika tingkat inflasinya tiga persen, jumlah barang dan jasa yang dapat dibelinya hanya bertambah sebanyak tiga persen. Apabila tingkat inflasinya mencapai 10 persen, maka harga barang dan jasa pun meningkat lebih banyak daripada jumlah simpanan Sinta.
Jika tingkat inflasinya tiga persen, jumlah barang dan jasa yang dapat dibelinya hanya bertambah sebanyak tiga persen. Apabila tingkat inflasinya mencapai 10 persen, maka harga barang dan jasa pun meningkat lebih banyak daripada jumlah simpanan Sinta.
Jadi, daya beli Sinta telah turun sebanyak empat persen. Mengenai perbedaan antara suku bunga nominal dan riil, suku bunga yang dibayarkan oleh bank disebut suku bunga nominal (nominal interest rate) dan suku bunga yang telah dikoreksi terhadap inflasi disebut suku bunga riil (real interest rate).
Untuk lebih jelasnya, Anda dapat menghubungkan suku bunga nominal, suku bunga riil, dan inflasi sebagai berikut:
Suku Bunga Riil = Suku Bunga Nominal - Tingkat Inflasi
Hal ini dapat diilustrasikan bahwa suku bunga riil merupakan selisih antara suku bunga nominal dan tingkat inflasi. Sementara suku bunga nominal menunjukkan seberapa cepat jumlah uang Anda di bank bertambah dalam suatu periode (Mankiw, 2006).
Sumber: Bank Indonesia (BI) 2019
Berdasarkan pada gambar di atas, suku bunga nominal dan riil sejak bulan Januari 2018 bergerak dengan sedikit adanya kemiripan. Dari bulan Januari hingga April 2018, pergerakan laju suku bunga nominal nyaris konstan pada tingkat 4,25 persen.
Sedangkan suku bunga riil mengalami pasang surut, di mana pada bulan Januari suku bunga riil berada di titik satu, kemudian naik 1,07 pada bulan berikutnya. Sejak saat itu, nilainya turun sebesar 0,85 persen dan kemudian turun lagi sebanyak 0,84 persen.
Naik turunnya suku bunga riil dikarenakan adanya tingkat inflasi. Apabila inflasinya rendah, maka suku bunga riil akan meningkat sebagaimana yang tertera pada grafik di atas. Puncak tertinggi dari suku bunga riil selama 12 bulan belakangan ini adalah pada bulan September 2018.
Pada saat itu, inflasi berada di titik terendahnya yaitu 2,83 persen dengan suku bunga nominal mencapai 5,75 persen, sehingga hasil yang didapati oleh suku bunga riil sebanyak 2,92 persen. Begitulah gambaran ringkas mengenai suku bunga nominal, suku bunga riil, dan inflasi.